Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seperti Apa Masa Depan Industri Perfilman Indonesia?

2 April 2017   16:23 Diperbarui: 4 April 2017   15:15 5944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri perfilman Indonesia kian hari kian menunjukkan grafik positif. Ada banyak sekali judul-judul film lokal yang kualitasnya diakui dan diapresiasi di kancah internasional. Sebagai masyarakat, kita pun harus ikut serta dalam memajukan film Indonesia.

Sederhana saja, dengan menonton film Indonesia di bioskop kita sudah siap mendukung masa depan perfilman. Ditambah jika kita bersikap kritis dan menolak keras atas pembajakan, film Indonesia bisa semakin maju.

Kini film Indonesia dianggap semakin membaik, tapi bagaimana nasib ke depannya? Apakah tahun 2016 lalu kualitas film Indonesia mengalami puncaknya dan kemudian mengalami penurunan setelahnya, atau malah akan terus meroket setiap tahunnya?

Nah, berikut ini adalah beberapa artikel Kompasianer yang mencoba "meramal" nasib perfilman Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.

1. Daya Cipta Film Indonesia Tidak Kalah 'Liar'

Ilustrasi. Dreamsitime.com
Ilustrasi. Dreamsitime.com
Jika bicara soal kreativitas apalagi dalam hal perfilman, tentu secara otomatis pikiran kita melayang pada industri perfilman luar negeri. Memang secara teknologi pun mereka sudah sangat maju sehingga dapat membuat film-film dengan efek visual yang dramatis.

Bagas Candrakanta menilai bahwa ide-ide para pembuat film di luar negeri memang sangat liar. Bayangkan saja sebuah mainan pun bisa menjadi film Toy Story yang sangat mendunia. Bahkan Bagas pun berani mengatakan bahwa ide para pembuat film di luar negeri memang sangat liar.

Namun sebenarnya bukan berarti Indonesia tidak memiliki ide-ide yang brilian juga, karena sineas Indonesia pun memiliki ide yang sangat liar. Namun perbedaannya adalah kondisi budget yang mendukung dalam pembuatan film ini. Jika ada budget besar, Bagas pun yakin bahwa film Indonesia tidak akan kalah dengan film luar negeri.

2. Masa Depan Perfilman Indonesia adalah Sekarang

Ilustrasi. Bintang.com
Ilustrasi. Bintang.com
Menurut Kompasianer Damar Juiarto masyarakat sudah terlanjur kental berpersepsi "tidak ada film Indonesia yang bagus" sehingga setiap kali ditanya, apa film Indonesia yang bagus saat ini, cenderung angkat bahu dan tidak mau membicarakannya. Inilah yang menjadi salah satu masalah yang akan memengaruhi kondisi perfilman Indonesia di masa mendatang.

Masyarakat tidak lagi punya kebanggaan pada film-film Indonesia yang diproduksi dewasa ini. Persepsi masyarakat pada film Indonesia jauh berbeda ketika Teguh Karya, Arifin C. Noer, dan sineas senior berkarya. Persepsi negatif ini tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena memang sudah menjadi realita yang vulgar: film Indonesia belakangan ini didominasi oleh film horor, slapstick dan umbar paha.

Di sinilah efek buruknya. Ketika ada film berkualitas, kadang malah diacuhkan oleh masyarakat dan terjadi mispersepsi. Inilah yang seharusnya diperbaiki demi membuat perfilman Indonesia semakin baik. Persepsi masyarakat pun harus diubah bahwa Indonesia juga memiliki film-film lokal yang berkualitas.

3. Kenapa Tidak Suka Nonton Film Indonesia di Bioskop

Ilustrasi. Moviemania
Ilustrasi. Moviemania
Banyaknya jumlah penonton yang datang ke bioskop dan menonton film garapan sineas lokal juga akan memengaruhi masa depan film Indonesia. Kompasianer Amin Ridla bercerita, ada teman yang sangat heran melihat ia suka sekali melihat Film Indonesia di bioskop. Sudah ia jelaskan bahwa film – film Indonesia sekarang sudah bagus-bagus, ceritanya menarik dan gambarnya pun sangat indah. Mendengar penjelasan Kompasianer ini, rekannya pun tertawa sambil berkata ”Rugi Bro..nonton Film Indonesia di Bioskop, sudah bayar mahal…ujung-ujungnya sinetron juga…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun