Perjudian, pelacuran hingga masalah pajak ternyata menjadi hal-hal yang sangat sering disebut dalam sebuah prasasti kuno. Artinya, masalah-masalah ini telah ada sejak lama bahkan sejak ratusan tahun masehi.
Selain itu, ada pula artikel tentang alasan mengapa orang-orang di India masih gemar membaca koran. Seluruh artikel ini bisa Anda baca dalam headline pilihan hari ini.
1. Masalah Perjudian, Pelacuran, Wayang, Hingga Pajak Sering Disebut oleh Prasasti Kuno
Sumber tertua yang menyebutkan kedua hal itu adalah Prasasti Kuti (840 M). Dikatakan bahwa salah satu “petugas penting” milik kerajaan adalah adalah juru jalir (germo atau mucikari). Dia setingkat dengan tuha judi atau juru judi (pengawas perjudian).
Kemudian masalah pajak. Dewasa ini, masalah yang sedang hangat dibicarakan adalah pajak. Sejak dulu, ternyata penyelewengan pajak sering dilakukan aparat pemerintahan. Informasi yang agak panjang bisa diperoleh dari Prasasti Luitan (901 M). Konon setiap tampah (ukuran tanah waktu itu) tanah penduduk akan dikenai pajak 6 dharana.
2. Pernikahan Berkonsep Garden Party di Taman, Mengapa Tidak?
Beberapa waktu lalu, penulis artikel ini menghadiri sebuah resepsi dengan konsep garden paarty. Hiasan sangkar burung tampak bergelantungan di dahan pohon kamboja ternyata mempercantik dan membuat resepsi ini semakin khidmat.
Untuk membuat pesta berkonsep garden party ini ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Seperti faktor harga, akses lokasi, area parkir dan pemandangan alami hingga faktor cuaca merupakan beberapa aspek yang mempengaruhi keputusan pelanggan.
Jika membaca ulasan ini, sepertinya konsep garden party tidak kalah cocok untuk digunakan di Indonesia.
3. Gugurnya Salah Satu Kartini Kendeng
Perjuangan Petani Kendeng sudah dimulai sejak tahun 2006 ketika PT Semen Gresik merencanakan pembangunan pabrik semen di Pati. Sebagian masyarakat luas baru akhir-akhir ini mengetahuinya baru. Ketika aksi protes di istana gencar disorot media nasional. Padahal perjuangan mereka sangat berliku dan diwarnai aksi kekerasan provokasi hingga kriminalisasi.
Kasus penolakan petani Kendeng ini hanya satu dari ratusan konflik agraria di Indonesia yang tak kunjung diselesaikan pemerintah. Tiap tahunnya bentrok warga dengan pengembang terus bertambah. Lagi-lagi sebagia besar warga menjadi korban, dari korban kriminalisasi, mengalami kekerasan dan penganiayan bahkan sampai meninggal.
4. Dampak Korupsi e-KTP: Kita 'Dipaksa' Menanggung
Dalam kasus megakorupsi E-KTP, secara materi uang, negara telah dirugikan Rp2,55 triliun. Rp250 miliar telah dikembalikan ke KPK, Rp220 miliar telah dikembalikan korporasi dan Rp30 miliar dikembalikan oleh individu yang sebagian merupakan wakil rakyat dengan jabatan anggota DPR. Nilai Rp2,55 triliun adalah kerugian Keuangan Negara.
Terbayang seberapa kerugian negara ini hanya karena satu kasus. Bayangkan jika kasus kasus lainnya diungkap.
5. Kenapa Orang India Masih Suka Membaca Koran?
Ternyata di India ada beberapa faktor yang melatarbelakangi. Pertama adalah harga, di sana harga koran sangatlah murah. Bahkan jika dirupiahkan maka hanya seharga sekitar Rp 1.000,-
Kedua, adalah budaya baca yang tinggi. Rata-rata orang India menghabiskan 10,2 jam sepekan untuk membaca. Berbeda dengan Indonesia yang menonton televisi selama 20 jam.
Ketiga, ternyata penetrasi internet di sana belum maksimal. Penulis artikel ini menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke sana, ia membandingkan perbedaan koneksi internet di setiap daerah dan hal ini masih sangat jauh dari kata maksimal.
(yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H