Pernah menyumbang melalui dompet amal? Cara menyumbang dengan bantuan pihak ke tiga seperti ini memang lebih mudah karena bisa melalui transfer atau secara langsung. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana akuntabilitas dari dompet amal ini?
Artikel menarik ini menjadi salah satu headline pilihan hari ini. Selain itu, Anda juga bisa mengetahui bagaimana sebuah ilmu 'branding' bekerja dari seorang Gabriel Jesus, pemain kesebelasan Manchester City. Berikut ini adalah headline pilihan Kompasiana hari ini.
1. Dompet Amal dan Akuntabilitasnya
Memang saat ini meminta sumbangan versi dunia maya yang jauh lebih dahsyat daya jelajahnya, dalam waktu sehari-dua hari, uang puluhan juta rupiah terkumpul untuk membantu seseorang yang sakit keras, membantu pembangunan asrama yatim piatu atau masjid, membantu korban bencana alam, dan sebagainya.
Tapi tentu kita harus waspada dengan oknum-oknum yang bisa saja memanfaatkan hal seperti ini. Bisa saja cerita-cerita derita seperti itu terus dijual untuk mendulang rupiah.
Kesimpulannya, masalah dompet amal bukan terletak pada sulitnya mengumpulkan dana, tapi justru pada masalah akuntabilitas penyelenggaraannya. Untuk itu, sangat diharapkan adanya pengawasan dari pemerintah melalui instansi yang berkaitan, yang bisa berjalan dengan baik.
2. Benarkah Susu Mengurangi Manfaat Antioksidan?
Namun ternyata, temuan terakhir justru membuktikan adanya kemungkinan bahwa penambahan susu dalam aneka minuman.
Beberapa studi membuktikan bahwa menambahkan susu ke dalam teh sebagaimana kita mengenalnya sebagai teh susu bisa menurunkan manfaat polifenol dalam teh hingga 27%. Ditengarai penyebabnya adalah protein casein yang bekerja kontradiksi terhadap polifenol.
Selain pada teh, ternyata pada kopi dan cokelat pengaruh susu terlihat lebih dominan. Pengaruh susu dalam sajian cokelat bisa menurunkan pengaruh anti oksidan polifenol hingga 30%.
Kini kembali pada Anda, sesuai dengan gambaran di atas, apakah Anda akan menambahkan susu pada minuman favorit Anda.
3. Peminatan Ilmu Sains-Teknik Timpang? Perlu Sinergi Stimulasi
Perubahan indeks ini tersebut, ditengarai sebagai akibat dari penguatan peran dan program pendidikan dalam mendorong mobilitas sosial. Bila demikian, maka apa yang sebaiknya dikonklusikan sebagai formula strategi agar peminatan ilmu sains-teknik lebih menjadi pilihan bagi para mahasiswa.
Setidaknya ada beberapa tahap yang dapat dilakukan Departemen Pendidikan Tinggi dalam mendorong peminatan ilmu sains-teknik menjadi sebuah arus utama atau minimal setara dari ilmu sosial-humaniora. Tahapan ini bisa Anda baca melalui tautan berikut ini. Â
4. Sampai Usia Berapa Anak Wajar Miliki Teman Imajinasi?
Kenapa anak punya teman imajinasi? Karena ketika si anak ingin bermain tetapi tidak ada yang dapat diajaknya bermain bersama, maka si anak akan menciptakan teman imajinasi. Anak di usia 2-7 tahun masih wajar memiliki teman imajinasi tetapi ketika si anak itu sudah kelawatan maka untuk menjadi orangtua atau keluarga yang ada didekat si anak harus tetap bisa menjadi sosok teman dikehidupan nyatanya bahkan menjadi idola si anak.
Tetapi pada kenyataannya teman imajinasi ini membantu anak untuk mengeksplorasi/mencari dunia khayalan sehingga daya imajinasi/fantasi anak lebih bagus, serta membantu dalam perkembangan kognitif dan perkembangan sosial emosional si anak.
5. Belajar "Ilmu Branding" dari Gabriel Jesus
Anak muda yang kedatangan nya ke City dari klub Brasil, Palmeiras, sebenarnya dimaksudkan sebagai ‘ban serep’ nya Aguero ini, kini justru bukan sekadar pemain pengganti.
Sebenarnya, apa yang istimewa dari anak muda kelahiran 3 April 1997 ini sehingga bisa merebut posisi Aguero yang jauh lebih berpengalaman?
Jawabannya, Gabriel Jesus bisa mem-branding diri nya dengan tepat. Dia menunjukkan kepada semua orang, utamanya Pep Guardiola, bahwa dirinya punya kemampuan yang dibutuhkan oleh Manchester City. Bukan hanya kemampuan menyatu dengan tim dan mencetak gol secara rutin. Tetapi juga kemauan untuk membantu tim dalam bertahan. Kelebihan terakhir itulah yang tidak dimiliki Aguero.
(YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H