Gubernur Jambi, Zumi Zola melakukan sidak pada malam hari di salah satu rumah sakit di Jambi. Mendapati para pekerja tengah terlelap, Zumi tidak bisa menahan amarahnya. Berita ini kemudian viral di media sosial dan tidak sedikit yang menyayangkan perilaku Zumi Zola dengan berbagai alasan.
Bukan hanya soal Zumi Zola, juga tentang urgensi dibentuknya Badan Siber Nasional untuk melindungi bangsa dari kejahatan siber. Kedua artikel ini menjadi headline pilihan Kompasiana hari ini. Berikut ini adalah headline pilihan selengkapnya.
1. Menakar (Lagi) Amarah Zumi Zola Saat Sidak di Rumah Sakit
Penulis juga mengutarakan sangat mendukung sidak dan mendisiplinkan petugas kesehatan yang melanggar, akan tetapi harus dikuti dengan perbaikan secara holistik dan kausatif dengan merombak total jajaran manajerial rumah sakit, membuat sistem yang paripurna dan mengalokasikan anggaran kesehatan yang cukup tinggi dalam APBD. Demi perbaikan layanan kesehatan masyarakat Jambi.
Bila tidak ada langkah lanjutan paska sidak, jangan menyalahkan bila sidak tersebut dipresepsikan hanyalah ibarat sinetron sebagai langkah menutupi diri dari ketidakmampuan memberi layanan kesehatan kepada masyarakatnya.
2. Perihal Niat Menodai Bendera, Mengapa Nurul Fahmi Terjerat?
Penulis berasumsi, penyidik dalam perkara ini memiliki argumen hukum, karena telah mengantongi barang bukti dan keterangan ahli, bahwa apa yang dilakukan NF merupakan peristiwa pidana dan pelakunya dapat dijerat dengan hukum pidana, vide Pasal 66 dan 67 huruf c UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dengan demikian, otomatis niat/maksud menodai bendera kebangsaan sudah dianggap terpenuhi, sehingga NF ditahan.
Secara logika dan makna denotatif, membubuhkan huruf dan gambar di atas permukaan bendera merah-putih sudah pasti akan menimbulkan noda pada bendera itu (noda dalam pengertian yang sebenarnya).Perbuatan NF tsb, selain bermakna menodai bendera Negara (dalam pengertian sebenarnya), juga bermakna melecehkan/merendahkan bendera Negara, karena menganggap lebih bagus/tinggi nilainya jika bendera merah-putih tsb ditulisi huruf Arab.
3. Cerita Detektif Itu Tak Ada Matinya!
Sejak bangku SD, penulis artikel ini telah menggilai sejumlah judul novel dan komik detektif. Beberapa judul mungkin Anda juga tahu. Lantas mengapa ia menggilai genre ini? Karena menurutnya cerita detektif memang tidak ada matinya. Benarkah ini? Simak ulasan selengkapnya melalui tautan di bawah ini.
4. Apakah Zidane Harus "Koppig" Seperti Pep?
Zidane bersama Real Madrid juga tengah terguncang karena terhentinya rekor tidak terkalahkan mereka. Zidane adalah pelatih yang juga berwatak serupa dengan Pep, namun kondisi klub yang dilatih sangat berbeda.
Lantas dengan kondisi yang baru saja menelan kekalahan, haruskah Zidane mengganti strategi permainan atau malah tetap bersikuku dengan strategi lama seperti Pep Guardiola?
5. Mengapa Indonesia Butuh Badan Siber Nasional?
Wilayah siber bisa menimbulkan bencana di wilayah fisik, sekaligus bisa mencegah, mengurangi dampak, dan membantu penanganan bencana di wilayah fisik. Bencana yang saya maksud adalah bencana dalam arti luas, termasuk bencana kerusakan mental, hingga perpecahan NKRI.
Ada banyak sekali contoh kasus yang bisa diambil soal keamanan siber ini. Mulai dari pembajakan akun, hingga penyebaran berita Hoax. Ketergantungan Indonesia pada produk IT sudah pada taraf memprihatinkan. Kita bersama pemerintah harus membangun Badan Siber Nasional yang efektif dan efisien dengan meletakkan pondasi yang benar untuk masa depan Indonesia.
(YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H