Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Pandangan tentang Kekerasan di STIP

24 Januari 2017   17:52 Diperbarui: 24 Januari 2017   19:18 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Lipsus.kompas.com

Belum lama ini pendidikan Indonesia kembali dinodai tinta gelap. Seorang taruna di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran meninggal dunia setelah dianiaya oleh seniornya. Penyebabnya sebenarnya sepele, hanya karena dianggap tidak sopan, Amirullah Aditya Putra dikeroyok kakak angkatannya hingga meninggal.

Ironis memang, tapi seperti bukan hal yang aneh lagi ada korban jiwa dalam tindakan peloncoan seperti ini. Pasalnya bukan kali ini saja kasus sejenis terjadi. Melihat kejadian ini, Kompasianer pun memiliki pandangan masing-masing. Berikut ini adalah beberapa pandangan yang dirangkum dalam topik pilihan Kompasiana.

1. Menerapkan Hubungan Senior-Junior yang Humanis, Dinamis, dan Kemitraan

Ilustrasi. Shutterstock
Ilustrasi. Shutterstock
Kompasianer Dimas Aji berpendapat bahwa kejadian yang menimpa Amirullah adalah sebuah pembinaan berlebihan dari senior kepada junior. Pembinaan dengan kekerasan fisik berlebihan ini juga dikatakan sudah sangat tidak relevan dengan kondisi kehidupan saat ini.

Pendidikan yang menerapkan model senior-junior di era ini tentu perlu mengubah paradigma lama hubungan senior dengan junior. Paradigma lama yang masih banyak dianut adalah bahwa senior merupakan sosok yang paling benar dan membuat junior tidak berdaya. Inilah yang harus diubah.

Paradigma tersebut bak pasal setan yang tidak bisa ditolak oleh junior. Hubungan senior-junior tentu akan lebih indah jika dilakukan dengan pendekatan hubungan kakak-adik yang lebih humanis.

Memang, di dunia dengan era globalisasi seperti sekarang ini yang perlu ditonjolkan adalah kerja tim dalam setiap pekerjaan. Bagaimana kerja tim akan baik jika paradigma yang salah seperti ini masih dipelihara. Tentu pemberian sanksi yang tegas juga diperlukan untuk menekan angka kekerasan dalam pendidikan.

2. Salah Kaprah dalam Senioritas

Ilustrasi. tribunnews.com
Ilustrasi. tribunnews.com
Ada yang salah dengan sebuah senioritas. Ada salah kaprah di sana yang menyebabkan terjadinya kasus penganiayaan seorang taruna STIP ini. Seperti itulah yang dikatakan Kompasianer Niko Simamora. Setidaknya dari kasus ini muncul pertanyaan "Apa yang salah kaprah dengan senioritas?"

Penyalahgunaan kekuasaan senior atas junior kerap berujung dengan adanya korban. Bahkan seringkali sang senior menggunakan alasan yang subjektif, bukan kesalahan junior yang berkaitan dengan aturan-aturan yang berlaku di sekolah.

Inilah yang disebut salah kaprah. Sudah seharusnya institusi pendidikan mengevaluasi sistem pendidikannya. Interaksi antara senior dan junior harus dimaknai ulang. Salah satu solusinya bisa dengan menerapkan pola tindakan yang mengharuskan senior dan junior sama-sama menanggung konsekuensi atas setiap kesalahan.

Selain itu interaksi senior-junior dalam ruangan tertutup harus dibatasi. Juga dengan menekan tanggung jawab senior, interaksi senior-junior diharapkan bisa semakin baik.

3. Sebuah Kritik untuk STIP

Gedung utama STIP. Kompas.com
Gedung utama STIP. Kompas.com
Sebuah kritik langsung ditujukan pada institusi STIP dalam kasus ini. Kompasianer Sam menilai hal ini adalah ironi dunia pendidikan Indonesia dan membuat munculnya citra negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun