Mohon tunggu...
Kurniawan Patma
Kurniawan Patma Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Buku berjudul MERAH, 33 OPSI dan 44 OPSI

Selain sebagai penulis buku juga adalah seorang aktifis di bidang kemanusiaan dan pendidikan. Inisiator gerakan literasi bernama LiFE (Literasi For Everyone) yang concern bergerak di pedalaman Kabuaten Keerom, Papua. Sejauh ini sudah membangun tiga taman baca di Kampung Ubiyau, Sawanawa dan Sawyatami

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Papua di Mata Penguasa, Bingkai atau Bangkai?

21 Januari 2018   14:02 Diperbarui: 21 Januari 2018   14:21 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PROLOG

"Apakah penguasa melirik Papua hanya karena emas ? - lalu kalau emasnya sudah habis bagaimana ? "

Itulah penggalan kalimat yang dilontarkan seorang pemateri saat mengikuti kegiatan di salah satu Universitas di Yogyakarta.

Sebuah kalimat simple namun sangat reflektif.

PENGUASA : MENTAL "TUNGGU TUMBAL"
-----------------------
Sebagai bagian dari NKRI, Papua tentunya layak dan harus mendapat perlakuan yang sama dengan Provinsi lain dalam beragam hal mulai dari paket kebijakan sampai pada konsistensi eksekusi kebijakan tersebut di Tk. Daerah karena adanya desentralisasi.

Papua dan Papua Barat sampai saat ini masih rentan dengan masalah Pendidikan dan Kesehatan. Hal ini kemudian tercermin dan terbukti dari beberapa potret atau fenomena yang terjadi dan viral belakangan ini. 

Kasus Gizi Buruk dan Campak di Asmat yang meregang nyawa anak-anak di Asmat.

Hal ini dipertegas dengan Human Index Development dimana Papua masih harus menduduki posisi guru kunci.

Penguasa (Negara dan Daerah) baru sibuk saat kasus telah terlanjur terjadi.  Saat "Nasi sudah jadi bubur" atau dalam bahasa Papua "Sagu su jadi Papeda-dan Papeda su kering" sehingga sudah tidak bisa dinikmati lagi.

Seharusnya ada langkah antisipatif berkelanjutan untuk meminimalisir potret ini agar tidak terus menunjukkan tren yang meningkat.

Tentu tidaklah elegan saat kita kemudian hanya melihat hal negatif dan mengaktualisasikan dengan kritikan. Tetapi tanpa bermaksud mengabaikan prestasi yang telah dicapai hendaklah ini menjadi refleksi bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun