Mohon tunggu...
LuhPutu Udayati
LuhPutu Udayati Mohon Tunggu... Guru - ora et labora

Semua ada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perayaan Natal di Hati Leona

20 Desember 2021   13:21 Diperbarui: 20 Desember 2021   13:37 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto koleksi pribadi

Misa Malam Natal di Katedral yang megah di kotaku,aku menungguinya dengan setia bersama satu kursi kosong yang sengaja kusiapkan untuknya. Tapi apa yang terjadi? Hingga saat penerimaan Komuni ia tak kunjung datang.

 Adikku Ello yang memahami kekecewaanku hanya menghiburku dengan kalimat, " Mbak ini Malam Natal yang indah, jangan Mbak Naa...gantungkan perasaanmu pada dia yang ga jelas."

Ketika itu aku terlalu pengecut untuk mengambil keputusan yang layak buat kita,Naa. Aku lebih memilih Melania dan membuang mimpi-mimpi kita ke lorong hatiku yang paling tersembunyi. Namun demikian, justru yang paling kusembunyikan ternyata tak pernah beringsut. Dia selalu mengusikku, mendorong hatiku untuk mengindahkannya lagi. Kulepaskan Melania setahun sejak melukai hidupmu. Aku tak kuat pada kesakitan merinduimu ,yang bodohnya, kesakitan itu kuciptakan sendiri...

Kali ini aku membiarkan tangisan mengaliri setiap nadiku. 

Kamu tak akan pernah tahu Gery, betapa aku seperti layangan putus waktu itu. Kamu sungguh egois dan tak bertanggung jawab atas semua komitmen yang kita ucapkan. Hanya karena Melania direktur pada perusahaan tempatmu bekerja, tak ada pembelaan sedikitpun atas hubungan kita, Gery?? Kamu menampik setiap dering telponku sesudah malam Natal itu. Sakitku sedemikian rupa, Gerry...

Aku masih tak pernah lupa jika mawar kuning melambangkan harapanmu atas cinta kita, Naa...dan Mawar biru yang selalu kamu katakan agar  selalu merasa nyaman dan teduh bersamaku. Aku tak penah lupa itu,Naa. Maka hari ini, aku mengirimkannya lagi untukmu,Leona. 

Aku makin tersedu, tapi aku tak paham untuk apa aku menangis. Untuk masa lalu yang sedih atau untuk masa depanku? 

Nada panggilan di WA memutuskan lamunanku ke tiga tahun silam, pada perayaan Natal yang mengerdilkan perasaanku waktu itu.

"Leonaaaa, aku ada di depan , tolong buka pintu rumahmu. Izinkan aku menemuimu...," suara yang tak berubah.

Kumatikan handphoneku. Entah dari mana dia tahu nomerku, aku tak peduli lagi!

Aku lebih peduli  pada cinta nyataku yang telah bertahta hampir dua bulan di jari manis kiriku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun