Mohon tunggu...
LuhPutu Udayati
LuhPutu Udayati Mohon Tunggu... Guru - ora et labora

Semua ada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Meneroka Kelas Sunyi

16 Agustus 2020   13:49 Diperbarui: 22 Agustus 2020   18:42 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via pexels.com/@pixabay

(kepada pemilik putih abu-abu)

Apa yang terpaut,
Saat musim mengutuki kita,
saat badai mencederai peri kehidupan?

Mendegilkan rasa

Lantaran semesta bergeming
memetik nafas insani

Satu
Satu

Menerbangkannya ke Surga
: Milik Tuhan

Gagap tawamu, hatimu, cintamu, kebebasanmu, tersangkut di antara,

Google clasroom
Googlemeet
Googleform
dan aku,
meneroka sunyi, memeluk sepi...

Bilamana berlalu lara ini?
Tanyamu menggantung pada empat dinding kamar
Menggenapi segala takut yang paling takut
Gaungnya terlempar, entah

Kusebut saja puisi,

Jika mengingatmu beberapa jenak
karena rindu terlalu larut

Di antara kelas halusinasi

stigma kelas pandemi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun