Mohon tunggu...
LuhPutu Udayati
LuhPutu Udayati Mohon Tunggu... Guru - ora et labora

Semua ada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tanpa Koma

3 Oktober 2018   16:28 Diperbarui: 3 Oktober 2018   16:52 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kita sudahi semuanya sampai di sini. Berjalanlah terus dengan dunia tanpa koma mu itu. Aku masih seorang perempuan biasa yang butuh seseorang untuk dapat kuajak berbincang banyak hal. " Dienda akhirnya menumpahkan kekesalan hatinya, dan memilih memutuskan jalinan kasih mereka tanpa mau lagi berlelah hati menunggu Jim kekasihnya yang terlalu larut sebagai seorang jurnalis muda dengan bakat dan talenta yang dikagumi banyak teman kampus mereka.

Jim menunduk, tapi ekor matanya tak lepas menatap kepergian Dienda kekasihnya. Ingin direngkuhnya tubuh mungil itu, agar kembali tetap berada dalam pelukannya. Tapi, Jim lebih memilih mencitai pekerjaannya saat ini. 

"Suatu saat aku akan datang kembali untuk memelukmu, karena aku yakin, kamu tak bisa menjauhkanku dari hidupmu, dari hatimu. Perasaan kita telanjur menyatu." JIm menggumam. Bangkit dari tempat duduknya. Pergi menjauh berbeda arah dengan Dienda. 

Pertengkaran kecil itu hampir dua tahun lalu, masa-masa Dienda menyelesaikan skripsinya. Dan selama dua tahun itu pula, lelaki yang hidup dalam dunia tanpa koma, membayangi perjalanan hidupnya. Dienda mengakui, dirinya sesungguhnya menjadi rapuh, setelah memutuskan sepihak hubungan mereka.

Dibacanya kembali chat yang barusan dia terima.

Kangen dan bahagia. Tapi rapuh, lantaran Dienda baru saja berpisah dengan suaminya.

Dunia memang tanpa koma, mengalir terus...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun