" Kita sudahi semuanya sampai di sini. Berjalanlah terus dengan dunia tanpa koma mu itu. Aku masih seorang perempuan biasa yang butuh seseorang untuk dapat kuajak berbincang banyak hal. " Dienda akhirnya menumpahkan kekesalan hatinya, dan memilih memutuskan jalinan kasih mereka tanpa mau lagi berlelah hati menunggu Jim kekasihnya yang terlalu larut sebagai seorang jurnalis muda dengan bakat dan talenta yang dikagumi banyak teman kampus mereka.
Jim menunduk, tapi ekor matanya tak lepas menatap kepergian Dienda kekasihnya. Ingin direngkuhnya tubuh mungil itu, agar kembali tetap berada dalam pelukannya. Tapi, Jim lebih memilih mencitai pekerjaannya saat ini.Â
"Suatu saat aku akan datang kembali untuk memelukmu, karena aku yakin, kamu tak bisa menjauhkanku dari hidupmu, dari hatimu. Perasaan kita telanjur menyatu." JIm menggumam. Bangkit dari tempat duduknya. Pergi menjauh berbeda arah dengan Dienda.Â
Pertengkaran kecil itu hampir dua tahun lalu, masa-masa Dienda menyelesaikan skripsinya. Dan selama dua tahun itu pula, lelaki yang hidup dalam dunia tanpa koma, membayangi perjalanan hidupnya. Dienda mengakui, dirinya sesungguhnya menjadi rapuh, setelah memutuskan sepihak hubungan mereka.
Dibacanya kembali chat yang barusan dia terima.
Kangen dan bahagia. Tapi rapuh, lantaran Dienda baru saja berpisah dengan suaminya.
Dunia memang tanpa koma, mengalir terus...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H