Kompasianer, menurut kamu, bijak nggak sih menikah pakai utang? Bagaimana jika hal itu terpaksa dilakukan? Apa yang harus dilakukan?
Memang, buat banyak orang, menikah itu momen sekali seumur hidup, jadi ingin dibuat sempurna, serba "wah," dan berkesan.
Fenomena ini kian lazim terjadi, terutama di era media sosial, di mana "standar" pernikahan kerap diukur dari kemewahan acara. Menikah bukan lagi sekadar momen sakral, tapi juga ajang "show-off" di media sosial.
Tapi, gimana kalau pesta impian ini justru jadi awal mimpi buruk akibat utang yang menggunung?
Kendati begitu, nasi sudah menjadi bubur. Mari kita fokus pada jalan keluarnya.
Nah Kompasianer, jika kamu berada di posisi itu tersebut, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu punya pengalaman atau saran untuk orang lain yang menghadapi masalah serupa?
Menurutmu, apa penyebab utama pasangan muda rela berutang demi pernikahan? Apakah tekanan sosial, gaya hidup, atau kurangnya edukasi finansial?
Apa langkah pertama yang sebaiknya dilakukan pasangan yang terjebak utang pernikahan untuk bangkit dari masalah finansial?
Adakah tips atau saran yang bisa kamu bagikan, terutama kepada mereka yang berencana ingin melangsungkan pernikahan?
Yuk, bagikan cerita, pengalaman, saran, dan tips ala kamu terkait hal ini di Kompasiana. Jangan lupa untuk tambahkan label Utang Pernikahan pada tiap konten yang kamu buat, ya Kompasianer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H