Kompasianer, sudah tahu belum kalau kalangan pencari kerja muda mulai unjuk keputusasaan dalam mencari kerja dengan memberikan tagar #Desperate pada profil LinkedIn mereka? Apakah kesulitan mencari kerja sudah senyata itu?
Fenomena ini kini sedang marak di platform berjejaring LinkedIn. Sejumlah pekerja muda dari generasi Z dan milenial ramai-ramai memasang tagar #Desperate. Alasan mereka memasang tagar tersebut adalah putus asa lantaran tak kunjung mendapat pekerjaan.
Di sisi lain, banyak sesama pencari kerja yang menyarankan untuk tidak memampang tagar itu. Pasalnya bisa jadi tanda bahaya bagi sang pelamar. Sebab, bukan tidak calon pemberi kerja akan mengambil keuntungan dengan membayar upah dengan rendah.
Kekhawatiran lainnya, sejumlah kandidat yang putus asa akan cenderung melamar banyak pekerjaan, bukan posisi yang benar-benar cocok untuknya.
Nah, Kompasianer, bagaimana pandangan kamu terkait hal ini? Apakah sulitnya mendapat pekerjaan kian nyata? Menurutmu apa sebabnya?
Kemudian apakah kamu setuju bahwa dengan memasang taga tersebut kita bisa dilirik oleh perusahaan? Adakah solusi lain yang bisa kamu berikan?
Lalu, bagaimana sebaiknya menyikapi kondisi seperti sekarang ini? Apa yang bisa kita lakukan sembari mendapat pekerjaan?
Sebenarnya, apa yang dibutuhkan perusahaan kepada calon pekerja? Kemampuan apa yang bisa membuat kita dicari oleh pemberi kerja?
Apakah kamu pernah mengalami hal serupa? Bisakah kamu menceritakan pengalaman kamu?
Bagikan opini, pandangan, atau juga pengalaman kamu terkait hal ini di Kompasiana. Jangan lupa menambahkan label Sulit Dapat Kerja pada tiap konten yang kamu buat.