Kalau boleh tahu, berapa waktu terlama yang Kompasianer pernah habisnya di coffee shop? Kegiatan apa yang dilakukan? Kerja? Mengerjakan tugas? Atau sekadar haha-hihi sama bestie~
Entah kenapa mengerjakan sesuatu di coffee shop atau sejenisnya memang lebih cepat selesai daripada di rumah atau di kostan sendirian, kan?
Pun kini sudah beragam fasilitas disediakan guna memanjakan konsumen: dari wifi gratis hingga colokan berjumlah banyak.
Sayangnya, itu tidak berbanding lurus dengan pemasukan pemilik tempat sehingga kini umum kita dengar guyonan: pesannya segelas teh manis, tapi duduknya bisa sampai tempatnya tutup.
Fenomena seperti ini sudah lazim terjadi di kota-kota Indonesia. Apakah tidak ada alternatif tempat semacam itu yang bisa diakses secara gratis, misalnya?
Sempat ramai ketika pandemi beragam coworking space, tetapi setelah pandemi usai, tempat-tempat itu akhirnya berguguran juga.
Kalau memang ini adalah masalah maupun keresahan yang dirasakan masyarakat, semestinya pemeritah daerah bisa turun tangan mengatasinya.
Adakah wilayah maupun di daerah yang Kompasianer tahu bahwa Pemda sudah melakukan itu? Bagaimana bentuk dan konsep co-working space yang dibuat oleh Pemda? Apakah rasanya selama di sana sama seperti kita sedang di coffee shop?
Bagaimana tanggapan Kompasianer soal fenomena ini? Adakah konsep yang ingin Kompasianer tawarkan bahwa tempat seperti ini semestinya mudah saja dilakukan oleh tiap Pemda di Indonesia?
Silakan tambah label Ruang Kerja Bersama (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.