Bagaimana pandangan Kompasianer terkait keberadaan panti jompo? Apakah pernah punya pengalaman pergi ke sana maupun terlibat langsung di panti jompo?
Apakah menitipkan orangtua di panti jompo itu sama saja dengan "menelantarkan" mereka di sana?
Pasalnya baru-baru ini Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengaku tidak setuju terhadap konsep panti jompo sebagai tempat tinggal bagi orangtua ataupun warga lanjut usia (lansia).
Menempatkan orangtua atau lansia ke panti jompo, katanya, bukanlah budaya Indonesia. Berbeda dengan WNA yang justru menabung untuk bisa tinggal di panti jompo pada masa senjanya.
"Itu model luar negeri sebetulnya. Menurut saya enggak setuju, tidak sesuai dengan budaya kita," ujar Risma saat ditemui di Aceh Utara, Rabu (29/5/2024).
Kekahawatiran Mensos Tri Rismaharini pada panti jompo dijadikan alasan bagi anak ataupun generasi muda untuk menelantarkan para lansia, termasuk orangtua mereka. "Anak-anak atau generasi muda seharusnya justru lebih peduli dan merawat para orang tua," lanjutnya.
Namun, perlu diakui juga, tidak semua orang memiliki kesempatan bahkan privilege merawat orangtua sendiri.
Ada juga banyak cerita orang-orang yang rela keluar dari pekerjaannya dan memulai semua dari "nol" untuk merawat orangtua mereka pada masa tua maupun sakit. Itu semua adalah pilihan yang punya konsekuensi masing-masing.
Kami ingin tahu, seperti apa harapan Kompasianer ketika menjalani masa tua nanti? Apakah membuka peluang untuk tinggal di panti jompo? Apa yang jadi pertimbangannya?
Jika ada yang perlu dibenahi dari sebuah konsep yang dijalani selama ini, apa yang mesti dilakukan oleh panti jompo? Silakan tambah label Konsep Panti Jompo (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.