Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sudah Kerja Keras Bagai Kuda, Kelas Menengah Tetap Begitu Saja...

1 Maret 2024   23:46 Diperbarui: 2 Maret 2024   06:44 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah Kompasiana dari Thinkstockphotos via KOMPAS.com

Pernahkah Kompasianer merasa tidak berhak menerima bansos karena punya banyak tetangga yang lebih membutuhkan? Toh kita masih sanggup beli es kopi seminggu dua kali, langganan wifi dan nabung buat beli sepatu idaman. Tapi kalau dibilang kaya kok ya nggak juga... Boro-boro investasi dan beli rumah, baru awal bulan aja rasanya udah kayak tanggal tua.

Jangan khawatir, kawan. Kalian tidak sendirian. HARIAN KOMPAS menaksir ada 126 juta masyarakat Indonesia yang tergolong ke dalam kelas menengah dan calon kelas menengah. Inilah kelompok yang harus bertahan hidup pas-pasan, sekadar cukup saja. Tidak ada sisa gaji untuk tabungan.

Dikutip pula dari HARIAN KOMPAS, kelas menengah adalah kelompok susah kaya. Kalau calon menengah, kelompok rentan miskin. Sedih betul ya. Kelompok ini terjebak dalam kelas sosial yang sama dan susah "memanjat" ke atas. Oleh karenanya disebut juga dengan istilah: middle income trap.

Pada akhirnya kelompok kelas menengah ini jadi yang paling rentan saat pelambatan ekonomi terjadi: harga-harga naik, tetapi gaji tidak. Terlebih, kelompok kelas menengah ini tidak masuk data peserta program bantuan sosial pemerintah.

Menariknya, sisa gaji masyarakat yang tinggal di luar Pulau Jawa lebih besar daripada yang tinggal di Pulau Jawa. Hmmm.. Apakah berarti problem ini juga dipengaruhi oleh perbedaan upah minimum daerah dan biaya hidup regional?

Wajar sih kalau kelas menengah ini cuek pada financial planning. Ada guyonnya: kalau nggak ada duitnya, terus apa yang mau dikelola? Ya kan!

Cuma, apa iya realitasnya begitu? Apakah kamu salah satu orang yang berangkat dari kelas menengah dan berhasil merangkak ke kelas atas? Modal apa yang kamu butuhkan buat sukses? Perlukah bantuan dari pemerintah? Bentuk bantuan seperti apa?

Bagaimana dengan kamu yang merasa bertahan hidup dengan gaji yang sekadar cukup saja? Apakah kamu lantas memiliki pekerjaan sampingan? Menurutmu, apa penyebabnya kamu sulit menjadi orang kaya? Apakah karena tinggal di kota besar yang biaya hidupnya tinggi? Apakah karena tanggung jawab membiayai keluarga atau alasan lain?

Kompasianer, yuk ceritakan pengalaman dan opini tentang kehidupan kelas menengah. Tambahkan label Nasib Kelas Menengah (menggunakan spasi) pada tiap konten yang kamu buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun