Kompasianer mau pindah kerja? Ataukah kamu fresh graduate dan berkeinginan melamar di banyak perusahaan? Sudah bikin CV? Yakin CV kamu bisa dilirik dan manjur buat dapat pekerjaan baru?
Membuat CV semenarik mungkin adalah keahlian yang perlu dimiliki setiap pelamar kerja. Wajar saja, CV adalah ringkasan profil yang dapat membantu perusahaan memiliki gambaran yang cukup mengenai kepribadian dan rekam jejak kita.
Tapi pernah nggak sih kamu merasa CV-mu kurang gacor? Padahal sudah membuat CV dengan format menarik, bahasa yang baik, dan keterangan yang lengkap. Duh, ada salah di mana ya?
Satu hal yang perlu kita ketahui, setiap zaman punya trennya tersendiri. Begitu pula setiap perusahaan memiliki "selera" dan pertimbangannya tersendiri ketika menilai sebuah CV. Jika dulu CV dibuat warna-warni, kini jamak sekali CV dibuat dalam format simpel. Alih-alih menonjolkan foto diri, CV zaman sekarang lebih fokus terhadap riwayat pekerjaan.
Lalu, bagaimana dengan CV yang kurang sesuai?
Makanya tidak heran beberapa waktu belakangan sempat ramai di X (Twitter) tentang "CV sampah". Akibat CV yang tidak efisien, perekrut membutuhkan banyak waktu untuk menemukan pegawai yang tepat.
Memang, salah satu problemnya adalah kesenjangan antara posisi yang tersedia dengan belum memadainya kapasitas SDM Indonesia. Tapi bagaimana kalau masalahnya ada pada ketidakcakapan kandidat dalam menyajikan prestasinya dalam lembar CV? Duh, sayang banget kan.
Nah, mari para pengusaha dan perekrut, boleh beropini! Sebenarnya bagaimana sih CV pelamar yang sesuai dengan harapan? Adakah hal-hal sangat perlu dan tidak perlu dimasukan ke dalam CV? Apa tren pembuatan CV terkini? Apakah pelamar perlu mencantumkan portofolio dalam CV?
Silakan berbagi cerita maupun bocoran untuk Kompasianer lainnya dengan menambahkan label Tips Bikin CV (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H