Ketika dulu mengisi soal mana yang Kompasianer lebih mudah kerjakan, pilihan ganda atau soal uraian? Mengapa itu dirasa lebih mudah?
Namun, bagaimana Kompasianer melihat soal pilihan ganda? Adakah kelebihan maupun kekurangan dari soal-soal pilihan ganda?
Karena belum lama ini aktris Maudy Ayunda menyampaikan bahwa jika dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayan Indonesia maka ia ingin menghapus soal pilihan ganda.
Lebih lanjut, lewat itu Maudy Ayunda ingin mengubah assessment atau evaluasi pendidikan yang menurutnya sebagai proses penting dalam sistem pendidikan.
"Menerapkan assessment dalam bentuk open ended question akan jauh lebih baik dibanding dengan multiple choice atau pilihan ganda," ungkapnya, seperti dikutip dari KOMPASCOM.
Akan tetapi gagasan itu bukanlah hal baru, jauh sebelum itu, (Alm) BJ. Habibie ketika menjabat Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) pada masa pemerintahan Orde Baru bahwa soal pilihan ganda kurang cocok diterapkan buat pendidikan di Indonesia.
"Anak-anak akan cenderung hanya coret-coret, mengejar waktu, dan mengandalkan keuntungan saja lulus dalam testing demikian," ujar Habibie.
Itu baru dari sisi sistem pendidikan hingga murid yang mengerjakan, bagaimana dengan guru melihat soal pilihan ganda? Sebenarnya apakah ada kerumitan ketika membuat soal pilihan ganda? Kendala apa saja yang bisa ditemui? Apakah benar murid cenderung asal-asalan ketika menjawab soal pilihan ganda?
Setelah itu jika soal pilihan ganda dihapus, apakah membebankan guru ketika memerikasa soal?
Bagaimana tanggapan Kompasianer mengenai usulan yang diinginkan Maudy Ayunda tersebut? Apakah itu mungkin direalisasikan meski bukan oleh ia sendiri? Silakan tambah label Soal Pilihan Ganda (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H