Kompasianer, mengapa tragedi sepak bola yang memakan korban jiwa masih saja terulang? Dan kapan sepak bola bisa menjadi hiburan yang bisa dinikmati tanpa rasa waswas?
Buntut laga antara Arema vs Persebaya berakhir dengan hasil tak menyenangkan. Tidak hanya bagi kedua klub, tapi juga bagi semua insan sepak bola Indonesia.
Suporter Arema yang tidak terima dengan hasil kekalahan merangsek masuk ke dalam lapangan. Aparat kepolisian yang berjaga mencoba menghalau mereka dengan menembakkan gas air mata.
Massa yang terkena gas air mata pun kocar-kacir dan berujung saling injak. Akibatnya, kabar terakhir, sebanyak 129 orang tewas dan hampir 200 orang lainnya dalam perawatan.
Sepak bola sejatinya adalah hiburan bagi semua orang. Namun, hingga kini sepak bola di Indonesia sulit rasanya disebut sebagai hiburan ramah semua kalangan.
PSSI perlu berbenah. Tidak saja menjatuhkan sanksi berat, tetapi juga perlu merancang peraturan untuk membuat sepak bola sebagai hiburan yang ramah untuk semua orang. Mengingat, Indonesia akan menjadi tuan rumah beberapa turnamen sepak bola dalam waktu dekat.
Lantas, apa yang perlu dilakukan oleh PSSI untuk mewujudkan sepak bola sebagi hiburan masyarakat yang ramah untuk semua kalangan? Prosedur apa yang perlu ditempuh Polri dan satuan pengamanan lainnya untuk meredam reaksi massa?
Lalu, sanksi apa sekiranya agar tragedi semacam ini tidak kembali terulang kembali? Apakah kamu sepakat dengan suporter yang melakukan konfrontasi?Â
Bagaimana sesungguhnya cara mendukung klub secara sportif? Adakah kiat menonton pertandingan dengan cara aman? Bagaimana cara supaya tak tersulut amarah?
Kompasianer, mari bagikan opinimu terkait hal ini di Kompasiana dengan menyematkan label Tragedi Kanjuruhan pada tiap konten yang kamu buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H