Dulu sebelum tahun 2010, kita masih sering bertemu dengan penjaja makanan di dalam kereta jarak jauh dan bus antarkota. Makanan yang dijual pun beragam. Mulai dari lontong, kacang-kuaci-permen, tahu isi, hingga nasi ulam.
Zaman berganti. Kini penjaja makanan makin langka ditemukan. Mungkin di terminal bis masih ada. Tapi kalau di kereta jarak jauh? Mana bisa. Sebagai penggantinya, kita bisa memesan makanan langsung ke petugas restorasi kereta.
Beberapa hari ini ramai warganet membincangkan tentang harga makanan yang dijual di lingkungan stasiun, bandara, dan terminal karena dibanderol harga lebih tinggi dari harga biasanya. Bahkan ada juga warganet yang mendapatkan makanan basi padahal sudah mengeluarkan kocek berkali-kali lipat.
Tidak hanya di kereta, sekarang hampir semua transportasi jarak jauh berjualan menu santap. Mungkin kalau di pesawat: semakin mahal harga tiketnya, maka, semakin enak (?) makanannya. Ada yang pernah mengumpulkan review-nya?
Apakah Kompasianer suka mencoba hidangan yang dijual penyedia jasa transportasi? Bagaimana rasanya? Apakah sepadan dengan harganya? Menu apa yang paling kalian sukai? Apa malah lebih suka membawa bekal sendiri?
Atau apakah Kompasianer punya kisah nostalgia menikmati makanan penjaja makanan di transportasi jarak jauh? Boleh juga kok.
Silakan buat cerita, opini, reportase, review, tips jajan di moda transportasi, dengan menambahkan label Jajan Dalam Perjalanan (menggunakan spasi) pada tiap kontennya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H