Menyiasati lesunya pariwisata Indonesia akibat ancaman Corona, pemerintah menggelontorkan 298 miliar rupiah demi menarik wisatawan domestik. Suntikan dana ini dialokasikan ke sejumlah sektor, seperti subsidi tarif maskapai, insentif ke agen perjalanan, sampai membayar influencer.
Tetapi baru tanggal 1 Maret penurunan tarif pesawat diterapkan, selang sehari kemudian Presiden Jokowi dan Menteri Kesehatan Terawan mengonfirmasi 2 WNI positif corona. Rencana pemulihan ekonomi pada sektor pariwisata pun terancam buyar. Padahal kerugian milyaran rupiah telah ditanggung oleh banyak biro perjalanan.
Ini menjadi PR tersendiri bagi pemerintah terutama Menteri Pariwisata Wishnutama yang telah memperkirakan Indonesia berpotensi kehilangan US$ 2,8 miliar atau Rp 38,2 triliun.
Pada satu sisi, upaya meningkatkan kunjungan pariwisata adalah sebuah keniscayaan bisnis. Tetapi di sisi lain, upaya ini terasa ironis karena masyarakat sekarang justru sedang membutuhkan pencegahan penyebaran virus dengan melakukan pembatasan keluar-masuk provinsi-provinsi di Indonesia.
Lalu bagaimana dengan Anda, Kompasianer? Apakah Anda akan memanfaatkan subsidi pemerintah dengan memesan penerbangan? Atau, jangan-jangan Anda adalah pengusaha biro perjalanan dan penduduk di destinasi wisata yang mengalami kerugian? Bagaimana cara Anda menyiasati kondisi ini? Untuk Anda yang traveler, apa tips Anda bagi mereka yang tetap ingin berpergian?
Silakan tulis opini/pendapat Kompasianer mengenai topik berikut dengan menambahkan label Indonesia Positif Corona (menggunakan spasi) pada setiap artikel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H