Selama sepakan terakhir, ternyata bermunculan nama-nama Kerajaan baru di Indonesia: dari Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), Kerajaan Jipang di Blora, dan Kerajaan Sunda Empire di Bandung, Jawa Barat.
Fenomena ini langsung mendapat respons cepat dari pihak Kepolisian Republik Indonesia. Ada yang sudah ditindak dan ada yang masih dalam penanganan lebih jauh.
Atas kemunculan kerajaan-kerajaan tersebut, tentu saja, tak lepas dari urusan motif ekonomi. Alih-alih mengajak dan merayu masyarakat untuk bergabung, ternyata ada "biaya lain" yang dipinta oleh orang-orang kerajaan ini.
Fenomena ini pun turut mengundang reaksi dari oleh Kompasianer. Yon Bayu, salah satunya.
Menurut Yon Bayu, apabila fenomena ini hanya bagian dari ekspresi masyarakat, maka perlu untuk diberikan ruang sekaligus pehamanan yang benar.
"Sebab, masyarakat yang frustasi hingga percaya pada hal-hal irasional, tidak bisa 'ditumpas' dengan pendakatan hukum," lanjutnya dalam esai Dari Pohon Menangis hingga Kerajaan Halu, Fenomena Apakah Ini?
Kalau Yon Bayu berpendapat demikian, bagaimana dengan kamu mengenai hadirnya kerajaan-kerajaan fiktif ini? Apa sebenarnya yang melatarbelakangi orang-orang ini sehingga ia harus membuat kerjaan fiktif? Dan mengapa orang-orang yang diajak ini mau mengikutinya?
Atau, apakah ada pengalaman yang pernah Kompasianer alami, misalnya, diajak untuk bergabung dalam sebuah kumpulan atau organisasi mirip seperti ini?
Silakan tulis opini/reportase terkait topik berikut dengan menambahkan label Fenomena Kerajaan Fiktif (menggunakan spasi) pada setiap artikel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H