Selama satu minggu Kompasiana membuka kesempatan bagi Kompasianer untuk mencalonkan penulis jagoannya di Kompasiana Awards 2019. Jumlah orang yang dicalonkan oleh Kompasianer tahun ini cukup mengejutkan, karena lebih dari 250 calon yang masuk di sistem Kompasianival 2019.
Ratusan nama yang terkumpul selanjutnya kami seleksi berdasarkan beberapa kriteria, antara lain kuantitas dan kualitas berinteraksi di Kompasiana, aktivitas saat online dan offline, dan tentu saja kualitas tulisan yang terekam di Kompasiana selama tahun 2019.
Ada 4 kategori yang pemenang yang akan ditentukan berdasarkan jumlah suara yang diperoleh. Keempat kategori tersebut adalah Best in Citizen Journalism, Best in Opinion, Best in Specific Interest dan Best in Fiction.
Di masing-masing kategori kami menyiapkan 5 nominasi untuk Anda pilih. Periode pemilihan atau voting dimulai dari tanggal 6-18 November 2019.
Sudah tidak sabar menanti siapa para nominasinya kan. Ini dia para nominasi Kompasiana Awards 2019:
Kategori: Best in Citizen Journalism
- Arako
Komik nampaknya jadi hal yang disukai oleh Kompasianer yang satu ini, meski begitu tak semua artikelnya selalu membicarakan tentang hal tersebut. Peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, mampu ditulis secara komprehensif dan rinci. Penulis yang juga adalah anggota aktif Komunitas Kompasianer Palembang ini juga tak pelit berbagi tentang topik yang ramai di daerah asalnya. - Kartika Eka H
Melalui tulisan-tulisannya yang sebagian besar mengangkat tentang budaya Banjarmasin, Kartika Eka seolah ingin turut turun tangan untuk memyebarluaskan segala informasi menarik dari kota yang ada di Kalimantan tersebut. Membaca artikelnya dijamin akan bikin kita tak sabar untuk berkunjung ke sana. - Ikrom Zain
Kompasianer yang satu ini kerap menuangkan keresahan yang terjadi di sekitar lingkungan kerja hingga kota tempat tinggalnya. Lewat artikelnya, kita dapat melihat problematika yang terjadi di masyarakat dan selama ini mungkin luput dari pantauan para pemegang kebijakan. - Tareq Albana
Tinggal jauh dari negeri tercinta tak membuat Tareq Albana kehabisan ide untuk berbagi melalui tulisan. Hal-hal yang terjadi di Mesir, kota yang kini ditinggalinya selama menempuh pendidikan jadi sajian menarik yang sayang untuk dilewatkan. - Shendy Adam
Bila ingin tahu lebih dalam tentang Jakarta dari sudut pandang salah satu pelayan publiknya, maka membaca artikel Shendy Adam adalah hal pertama yang harus dilakukan. Dalam setiap artikelnya Shendy juga kerap membahas mengenai isu serta latar pengambilan kebijakan yang diambil oleh pemerintah provinsi.
Kategori: Best in Opinion
- Leya Cattleya
Sosial budaya dan politik yang dijabarkan melalui sudut pandang perempuan jadi sajian yang bisa didapatkan saat membaca artikel Leya Cattleya. Pejalan yang gemar menulis ini tak lupa menyisipkan data dan fakta sebagai penunjang artikel yang dibuatnya. - Felix Tani
Petani dan Peneliti Sosial yang satu ini memang banyak menyuguhkan tema-tema mengenai perkembangan dunia pertanian dan lingkungan. Selain itu tulisannya tentang budaya Batak, tempatnya berasal dan belum pernah diketahui publik juga jadi artikel ciamik yang tak cuma menarik tapi juga menambah pengetahuan. Â - Edy Supriatna Syafei
Bergabung dengan Kompasiana sejak 2016, penulis yang satu ini tak segan menyoroti hal yang terjadi di pemerintahan dan ranah keagamaan melalui tulisannya yang bernas dan ringan. - Himam Miladi
Riuhnya obrolan di media sosial lalu membahasnya dalam artikel yang disertai dengan fakta jadi kekuatan dari tiap hasil karya Himam Miladi. Lewat penyampaian yang ringan dan mudah dipahami, maka tak heran jika artikelnya selalu mengundang banyak pembaca. - Ryo Kusumo
Fenomena politik dan sosial yang terjadi di masyarakat dan menuangkannya melalui media cerita jadi kelebihan dari artikel milik Ryo dan membuat artikelnya sangat menarik untuk dibaca.
Kategori: Best in Fiction
- Syahrul Chelsky
Kesegaran. Kira-kira seperti itu kata yang tepat untuk menggambarkan puisi-puisi dari Syahrul Chelsky di Kompasiana. Setiap kali membaca puisinya, kita akan tahu: bahwa kesedihan tetap bisa dirayakan dengan sedikit permainan kata-kata yang menyenangkan. - Latifah Maurinta
Bangunlah sedikit lebih pagi dari biasanya. Buka laman Kompasiana dan kamu bisa temukan cerpen dari Latifah Maurinta. Bukan hanya menarik, jika membaca ceritanya, latar yang disajikan lengkap dengan lagu-lagu yang membawa kita pada suatu suasana baru. Sebuah cara baru dalam menikmati karya sastra. - Pringadi Abdi
Ia sudah menerbitkan beberapa novel. Tapi, tidak hanya itu, di Kompasiana kerap kali ia menuliskan puisi-puisi yang bisa refleksikan dengan kondisi saat ini. Aktualisasi, barangkali, adalah cara dalam membaca karya sastra yang hadir bersamaan dengan berita dan peristiwa lainnya. Karya-karya Pringadi, mampu menghadirkan sudut pandang baru dari setiap peristiwa yang kini tengah terjadi. - Mim Yudiarto
Menulis puisi itu tidak mudah. Menulis puisi yang baik, bahkan itu jauh lebih sulit. Tapi, mampu menulis puisi yang baik, setiap hari, itu butuh ketelitian dan kepekaan dalam membaca rasa dan telaten menuangkannya dalam rentetan kata-kata. Mim Yudiarto konsisten melakukan itu sehingga seringkali puisinya menjadi terus menarik dibaca. - Amel Widya
Selain aktif di komunitas para pecinta puisi, Amel Widya juga mahir menulis puisi dan cerpen. Kebanyakan karyanya membicarakan tentang bagaimana perempuan --dan segala perangkat yang menempelinya: tubuh dan stigma-- mampu menjadi subjek yang mampu berdiri sendiri. Bahwa perempuan, lewat karyanya, bukanlah sesuatu objek yang sekadar bisa dimainkan --perempuan juga bisa dominan.