Pada 1998 terjadi krisis multidimensi. Korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) terjadi di semua lembaga: eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ekonomi memburuk, rakyat terpuruk.
Seluruh mahasiswa Indonesia melakukan aksi demonstrasi di berbagai daerah. Tuntutan mahasiswa kala itu untuk untuk mengadakan reformasi di segala bidang, terutama permintaan pergantian kepemimpinan nasional.
Kemudian pada 13-15 Mei 1998, terjadi sebuah kerusuhan bernuansa rasial di Jakarta dan sejumlah kota besar. Hingga akhirnya Soeharto menyatakan mundur pada 21 Mei 1998.
Dan kini reformasi sudah berusia 21 tahun. Selama perjalanan panjang itu, tentu sudah banyak berubah. Mahasiswa dengan segala kegiatan dan kesibukannya diharapkan dapat meneruskan perjuangan dan cita-cita reformasi 21 tahun lalu.
Namun, bagaimana Kompasianer melihat mahasiswa --dan pergerakannya-- hari ini? Apakah masih sama seperti dulu, berorganisasi dan fokus membahas isu-isu sosial-politik di Indonesia? Atau ini mungkin memang sudah bukan zamannya?
Sampaikan opini/reportase Kompasianer tentang kegiatan mahasiswa dengan menambahkan label PergerakanMahasiswaHariIni (tanpa spasi) pada setiap artikel.
Kompasianer juga bisa menyampaikan opini pada laman Pro-Kontra terkait dikotomi mahasiswa antara cepat lulus atau aktif organisasi di kampus?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H