Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Kompasianer Beruntung yang Telah Mendukung Cerita Terbaik 103 Tahun Sampoerna

15 Maret 2017   18:15 Diperbarui: 16 Maret 2017   04:00 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blog Competition "Bangga Bersama Sampoerna"

Salam Sukses

Tulisan dengan sudut pandang menarik. Karyawan seumur jagung, masuk saat terjadi reorganisasi di sebuah departemen--bilamana melihat lingkupnya yang luas, antarnegara, tentu sangat tibet. Alhasil? Umumnya kita akan menjumpai keluhan, curhat ketidaknyamanan, dan ingin persoalan segera berlalu atau "saya" resign.

Hanya karyawan yang mampu menyerap filosofi dan "aspirasi perusahaan" serta "budaya perusahaan" yang mampu melihat jauh ke depan, di balik semua keribetan di depan mata. Keyakinan Anda, membuat saya merasa iri sekaligus turut merasa beryukur. Bukankah demikian yang dinamakan karyawan sebagai aset?

Apa yang Mas Zul sampaikan diawal kalimatnya dalam artikelnya ini semakin menambah keyakinan saya mengenai teori - teori hubungan manusi, baik dari Sigmund Freud maupun Dale. Penghargaan, kecintaan, loyalitas, rasa memiliki, atas sebuah organisasi (perusahaan) akan meningkankan kemampuan individu maupun perusahaan dalam menjadi besar; penghasilan yang jauh lebih besar.

John D. Rockefeller, pemilik Standar Oil itu, manusia yang digadang - gadang paling terkaya di Amerika bahkan Dunia, telah mempelajari soal hubungan manusia dan mempraktikannya. Salah satu sukses Rockefeller tersebut banyak yang menilai karena kepiawaian dalam mengatasi - dan berhubungan dengan manusia. Dalam hal perusahaan, Ia piawai memberikan semangat, memberikan penghargaan, menyaring ide.

Prinsip - prinsip hubungan-manusia itu sekarang hampir semuanya dipraktekan oleh perusahaan - perusahaan besar multinasional, bahkan prinsip wajib. Termasuk apa yang dilakukan oleh Sampoerna terhadap keluarga besarnya merupakan cerminan perusahaan besar yang menerapkan prinsip tersebut. Salam sempurna, dan terima kasih

Satu-satunya alasan yang membuat saya memberikan nilai inspiratif pada tulisan ini, karena adanya rasa bangga yang ditanamkan pak zul dalam bekerja. Bagi seorang pekerja, saya tahu kalau tawaran penghasilan yang tinggi ditambah tunjangan yang memadai itu pasti susah untuk ditolak, tapi dari cerita pak zul ini berbeda, komitmen "bangga" pada tempat bekerja yang ditanamkan pak zul justru membuat kerja itu jadi nyaman dan bertahan.

Singkatnya saya lihat bahwa untuk menggapai nikmat bekerja, kita tak perlu berlebihan berharap banyak, tapi mulailah dengan komitmen "bangga" pada pekerjaan kita, toh akan banyak harapan yang datang.

Dengan usia hampir seabad dan kompetitor yang banyak, perusahaan Sampoerna tetap bisa meningkatkan kesejahteraan pegawai/karyawannya, mulai dari kebutuhan pribadi, keluarga hingga peningkatan kinerja. Saya rasa inilah buah manis rasa "bangga" yang ditanamkan pak zul dalam bekerja di Sampoerna. sungguh sempurna!

semoga sindrom rasa "bangga" pak zul dapat tertular cepat ke saya.

Kompasiana dan HM Sampoerna mengucapkan selamat kepada para pemenang. Bagi Kompasianer yang beruntung, segera konfirmasi diri ke email kompasiana[at]kompasiana[dot]com dan subyek “Pemenang Sampoerna 103 Tahun” dengan format sebagai berikut:

  • Nama lengkap
  • Alamat
  • No. Handphone (Aktif)
  • No. Rekening
  • NPWP
  • Scan/foto KTP
  • Scan/foto buku tabungan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun