Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

4 Kasih Natal 2016 dalam Keberagaman Masyarakat Dunia

10 Januari 2017   16:07 Diperbarui: 11 Januari 2017   09:36 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar-gambar Ridwan Kamil saat menghadiri KKR Natal 2016, di Gedung Sabuga, Bandung, 23 Desember 2016 (sumber: akun Twitter @ridwankamil)

Momentum perayaan Natal bagi umat Kristiani adalah untuk semakin meningkatkan kualitas kehidupan beragama sesuai dengan nilai dan ajaran yang telah diyakini masing-masing. Walaupun perayaan Natal tahun 2016 sempat diwarnai beberapa peristiwa yang sempat menganggu kedamaian beribadah, tetapi pada akhirnya seluruh elemen masyarakat harus saling membantu untuk mewujudkan masyakarat yang rukun, bertoleransi, dan saling menghormati. Berikut adalah beberapa kisah dari Kompasianer yang menyampaikan kisah kasih-Nya dalam Natal.

1. Teladan Kasih Natal dari Ridwan Kamil

Gambar-gambar Ridwan Kamil saat menghadiri KKR Natal 2016, di Gedung Sabuga, Bandung, 23 Desember 2016 (sumber: akun Twitter @ridwankamil)
Gambar-gambar Ridwan Kamil saat menghadiri KKR Natal 2016, di Gedung Sabuga, Bandung, 23 Desember 2016 (sumber: akun Twitter @ridwankamil)
Kompasianer Daniel H.T menyampaikan mengenai kasus intoleran yang baru terjadi sebelum hari Natal di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Taman Sari, Bandung. Ketika itu sekelompok orang dari ormas yang bernama Pembela Ahli Sunah (PAS) menghentikan paksa Kebaktian Kebangunan ROhani (KKR) dari Gereja Reformed Injil yang dipimpin oleh Pendeta Stephen Tong.

Menurut Daniel, Ridwan Kamil langsung mengambil tindakan dengan mengadakan rapat bersama pihak-pihak terkait kasus tersebut, yakni panitia KKR, Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB), Forum Silaturahmi Ormas Islam (FSOI), Kemenag Kota Bandung, Bimas Kristen Kemenag Jawa Barat, Polrestabes Bandung dan Kejaksaan Negeri Kota Bandung, dilanjutkan dengan pertemuan dengan Komnas HAM.

Salah satu hasil rapat tersebut adalah Kang Emil berjanji untuk memfasilitasi kegiatan ulang KKR tersebut di lokasi yang sama pada tanggal 23 Desember 2016. Kang Emil pun menepati janjinya, bahkan acara digelar melebihi ekspektasi umat Kristen yang hadir di KKR tersebut. Dengan menunjukkan komitmennya, Kang Emil pun juga ikut menghadiri acara tersebut. Ia menegaskan bahwa kejadian seperti itu tidak akan terulang kembali dan memastikan hak beragama (warga) tetap terlaksana.

Untuk jaminan atas janjinya itu Pemkot Bandung telah membuat surat maklumat perlindungan beribadah dan beragama di Kota Bandung. Isi surat maklumat kebebasan beragama bertanggal 20 Desember 2016 terdiri dari empat butir pernyataan. Selengkapnya di sini.

2. Merayakan Natal di Tengah Keberagaman Suku Bangsa

Dokumen pribadi Tjiptadinata
Dokumen pribadi Tjiptadinata
Kisah kedua datang dari Kompasianer Tjiptadinata Effendi. Pak Tjip bercerita mengenai kisah hari Natal di Australia. Keberagaman yang ada di Ustralia tidak menghalangi mereka untuk beribadah dengan sungguh-sungguh.

Bertempat di lapangan Gereja St. Mary, Albion, seluruh penduduk dari penjuru dunia berkumpul, seperti dari India, Italia, Lebanon, dan Spanyol. Pak Tjip mengisahkan bahwa di sana tidak terdapat sekuriti yang mengamankan kelangsungan acara Misa. Lain halnya dengan di Indonesia yang semua tas dibuka dan diperiksa ketika akan masuk, di St.Mary terbuka untuk umum.

Pembukaan acara Natal diawali dengan nyanyian Natal bersama dan diikuti dengan pelepasan 12 ekor merpati putih sebagai lambang perdamaian. Terdapat rangkaian acara lain yang menjadi ciri khas acara natal di St.Mary ini. Simak selengkapnya di sini.

3. "Udara Sejuk" dari Kota Tahu Kediri

Illustrasi, sumber gambar: www.kompasiana.com/advertorial
Illustrasi, sumber gambar: www.kompasiana.com/advertorial
Kompasianer Yosafati Gulo mengisahkan mengenai Kota Kediri yang "sejuk" dalam suasana Natal 2016. Ia menuturkan mengenai suasana hari Natal yang diawali dengan kunjungan dari Walikota Kediri. Beliau menyampaikan penggantian tagline Kota Kediri yang menjadi "Harmoni Kediri" merupakan suatu bentuk untuk merawat keberagaman di kota Kediri. Menjaga perbedaan yang ada harus diwujudkan oleh seluruh elemen masyarakat.

Menurut Yosafat, kebiasaan yang sudah dilakukan oleh walikota Kediri ini sudah berjalan selama 17 tahun. Selain itu, kebiasaan menjunjung tinggi toleransi ini berawal dari tekad para pemimpin agama untuk mencegah terjadinya konflik sosial di Kediri seperti yang sering terjadi di tempat lain.

Upaya kota Kediri untuk menjadi kota teraman dan bermartabat dalam hal menjaga keberagaman saat beribadah dibandingkan daerah lain tidak hanya berhenti di sini. Simak ulasan lengkapnya pada tautan ini.

4. Pesan "Urbi et Orbi" dari Paus Fransiskus di Hari Natal 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun