Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Seperti Apa Sosok Ibu di Mata Musisi Rock? Inilah 5 Artikel Pilihan yang Wajib Anda Baca

23 Desember 2016   21:33 Diperbarui: 26 Desember 2016   13:08 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selengkapnya 

4. Uniknya Rupiah Pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia

Lembaran uang rupiah dalam proses percetakan. Smeaker
Lembaran uang rupiah dalam proses percetakan. Smeaker
Saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, hanya uang kertas Jepang yang dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah RI. Meskipun demikian, bekas uang pemerintah Hindia Belanda, masih tetap beredar luas di kalangan masyarakat.

Uniknya, ketika itu beredar tiga jenis uang kertas Jepang sekaligus. Yang paling dikenal adalah uang kertas yang sudah dipersiapkan Jepang sebelum menguasai Indonesia. Uang itu menggunakan bahasa Belanda, De Japansche Regeering (1942). Emisi yang diterbitkan memiliki nominal 1 Cent, 5 Cent, 10 Cent, ½ Gulden, 1 Gulden, 5 Gulden, dan 10 Gulden.

Jenis kedua menggunakan bahasa Jepang aksara Latin, Dai Nippon Teikoku Seihu, emisi 1943. Nominal yang diterbitkan adalah Rp ½, Rp 1, Rp 5, Rp 10, dan Rp 100. Percetakannya masih tetap sama, yakni Djakarta Insiatsu Kodjo.

Kini kedua mata uang tersebut telah menjadi bagian dari sejarah. Namun tidak tertutup kesempatan untuk digunakan sebagai sumber penelitian tentang sejarah perekonomian kala itu

Selengkapnya 

5. Startup di Indonesia Wajib Tambahkan "Nuansa Lokal"

Ilustrasi startup. Declara.net
Ilustrasi startup. Declara.net
Ada sebuah trend unik, yaitu perusahaan teknologi kini tengah menciptakan produk yang mengangkat nuansa lokal pada fiturnya.

Sebut saja Sharp, yang belakangan banyak memproduksi kulkas bercorak bunga Mengkudu. Strategi serupa juga diterapkan perusahaan teknologi lainnya. Sebut saja Line Corporation, perusahaan teknologi yang menyediakan layanan media sosial. Sejak masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2013, jumlah pengguna Line terus bertambah.

Biarpun demikian, kenyataannya, baru sedikit produk anak bangsa yang mengusung nuansa lokal pada fitur produknya. Lihat saja produk-produk startup di tanah air. Sebagian besar masih belum menemukan identitas yang jelas, karena yang ada di pikiran para pendirinya barangkali hanya “bisnis”, “bisnis”, dan “bisnis”. Padahal, kalau saja mereka menambahkan nuansa lokal pada produknya, bisa jadi, produk yang sudah dibuat akan tampak lebih menarik.

Selengkapnya 

(YUD)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun