Sebagai negara agraris dan kaya akan hasil alamnya, Indonesia ternyata masih melakukan impor cangkul dari Tiongkok. Kebijakan pemerintah ini tentu menuai polemik. Tidak sedikit netizen meradang mengetahui kebijakan ini. Namun ada juga pihak yang mendukung kebijakan tersebut demi kepentingan bangsa.
Permintaan jumlah cangkul di Indonesia memang cukup tinggi. Demand yang tidak diimbangi dengan supply inilah yang membuat pemerintah terpaksa melakukan impor cangkul. Pasalnya, perusahaan BUMN yang menaungi belum mampu memproduksi pembuatan cangkul sesuai dengan kebutuhan.
Melihat hal ini tentu saja ada banyak sekali komentar dan opini di internet, termasuk Kompasiana. Berikut ini adalah beberapa opini Kompasianer dalam memandang kebijakan impor cangkul yang dilakukan pemerintah.
1. Sebuah Fenomena di “Negeri Cangkul”
Menurutnya sangat aneh rasanya ketika negeri kaya dan subur seperti Indonesia, segala sesuatunya harus diukur melalui impor, hanya dengan alasan stok dalam negeri tidak mencukupi. Bahkan muncul pertanyaan, tidak mampukah bangsa ini menggenjot produksi sendiri? Apakah tenaga kerjanya kurang memadai? Ataukah lahannya kurang luas? Ataukah memang orang-orangnya sudah tidak mau bekerja keras sehingga lebih suka instan memanfaatkan yang sudah ada?
Bisa jadi bangsa ini bukan bangsa pekerja keras, karena sudah nyaman karena sawah ladangnya dijual untuk kepentingan industri. Mindset para pemangku negeri ini pun selalu mencari 'selisih' yang lebih murah karena lebih banyak memberikan keuntungan daripada harus susah-susah dengan kualitas yang bernilai lebih mahal.
2. Mafia Cangkul Lecehkan Kedaulatan Pangan
Menurut Rico Simanjuntak Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya manusia pengrajin berbagai macam produk besi berkualias dan kaya akan bahan baja atau besi, tiba-tiba dihebohkan dengan impor cangkul dari Tiongkok dalam skala fantastis. Ternyata, mafia cangkul sudah mulai beroperasi sejak era pemerintahan SBY.
Tentang fakta impor cangkul di atas, sangat kontradiksi dengan Nawa Cita Jokowi dan kinerja sektor pangan saat ini yang membaik. Presiden Jokowi dan FAO perwakilan Indonesia pun telah mengapresiasi kinerja pangan khususnya beras yang mampu dicukupi dalam hasil produksi sendiri.
Oleh karena itu, untuk mengamankan negara ini dari ancaman mafia cangkul, pemerintah harus secepatnya membersihkan negara ini dari mafia cangkul. Hal ini sangat mendesak agar mereka tidak melakukan lagi upaya-upaya lain yang lebih merugikan negara dan rakyat.
3. Cangkul cangkul yang Dalam
Menurut Thamrin, cangkul tidaklah sulit membuatnya. Alat ini sangat sederhana, tukang besi dan tukang las dengan mudah bisa memproduksi cangkul made in Indonesia.
Namun poin yang ingin Thamrin sampaikan di sini adalah, kiranya cinta produksi tanah air Indonesia digalakkan dengan cara memproduksi cangkul. Petani sebenarnya tidak peduli dari mana asal cangkul yang digunakan. Petani hanya mengharapkan cangkul di beri kan secara gratis. Satu hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah adalah menjadikan Petani Indonesia menjadi tuan di tanahnya sendiri. (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H