Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Cagub DKI #2: Basuki Tjahaja Purnama

28 September 2016   12:19 Diperbarui: 2 Oktober 2016   21:28 3739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Basuki Tjahaja Purnama. Kompas.com

Pada seri “Menakar Cagub DKI” kedua kali ini, Kompasiana merangkum tulisan Kompasianer tentang Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang resmi maju Pilkada DKI 2017. Sebelumnya masyarakat DKI sangat menantikan siapa yang akan menjadi pasangannya, dan akhirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan resmi mengumumkan Djarot Syaiful Hidayat sebagai pendamping Ahok. 

Keputusan PDI-P mendukung Ahok ditanggapi beragam oleh masyarakat, sebagian ada yang menilai bahwa Ahok akan menang pada Pilkada 2017 karena memiliki partai dengan jumlah kursi terbanyak. Ada pula yang menginginkan Ahok untuk tetap pada pendiriannya dalam memimpin dan tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan partai politik. Untuk lebih jelas, berikut 3 pandangan Kompasianer tentang majunya Ahok di Pilkada 2017:

1. Jangan khawatir, Ahok Boleh Saja Berjas Merah tetapi Hatinya Tetap Kotak-kotak

Basuki Tjahaja Purnama. Kompas.com
Basuki Tjahaja Purnama. Kompas.com
Saat Ahok melakukan pendaftaran ke KPUD, Kompasianer Arnold kaget dengan kemeja Ahok yang menggunakan motif kotak-kotak. Persis dengan simbol yang dipakai saat bersama dengan Jokowi pada pilgub sebelumnya, meski warnanya agak sedikit gelap. Ia juga mengutip jawaban Ahok saat memperkenalkan motif kotak-kotak saat pilgub yang lalu, artinya  mereka akan bekerja untuk rakyat dan turun terus ke lapangan.

Ahok juga menjelaskan arti tiga warna di baju kotak-kotak tersebut. Tiga warna tersebut memiliki makna bahwa warga Jakarta beraneka ragam, baik dari suku, etnis, maupun agama, dan tetap hidup berdampingan dengan damai. Ia juga menambahkan, sekalipun Ahok diusung PDIP untuk maju ke Pilkada DKI 2017 hatinya akan tetap “kotak-kotak”, maksudnya ia akan memimpin sesuai dengan ideologinya terdahulu.

2. Ahok Kalah Sebelum Bertanding

Ahok berpasangan dengan Djarot dalam Pilkada 2017. Kompas.com
Ahok berpasangan dengan Djarot dalam Pilkada 2017. Kompas.com
Abd Ghofar Al Amin mengatakan bahwa para haters Ahok tentu saja menginginkan Ahok kalah sebelum bertanding. Setidaknya menurut Ghofar ada beberapa faktor yang bisa saja menjadi indikasi. Pertama Ahok diserang membabi buta dari kanan dan kiri, juga depan belakang. Ada berbagai kasus yang dikaitkan dengan dirinya seperti Sumber Waras, reklamasi, dll.

Faktor lainnya adalah kala itu Teman Ahok kabarnya telah berhasil mengumpulkan 1 juta KTP plus mendapat dukungan 24 kursi dari Hanura, Nasdem dan Golkar. Meski suara Ahok bisa dibilang cukup tinggi apalagi dengan didukung oleh PDIP, Ahok cs tidak boleh jemawa karena menang di luar ring. Belum tentu menang di dalam ring. Ini baru pemanasan. 

3. Ini Alasan Ahok Bakal Menang di Pilgub DKI 2017

PDIP mendeklarasikan akan mendukung Ahok pada Pilkada 2017. Kompas.com
PDIP mendeklarasikan akan mendukung Ahok pada Pilkada 2017. Kompas.com
Berkat didukung PDIP, Kompasianer Nino yakin Ahok bakal menang di Pilgub DKI 2017. Menurutnya, penyebab utama adalah jumlah kursi partai pengusung yang terpaut jauh. Pasangan Ahok Jarot didukung oleh PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura dengan jumlah kursi di DPRD sebanyak 52 kursi. Ia juga membandingkan pengusung Anies dan Sandiaga yang hanya memiliki 26 kursi dan pasangan Agus dengan Sylviana yang hanya mencapai 28 kursi.

4. Kegagalan dan Kelemahan Ahok Ketika Memimpin Jakarta

Ahok mendapat suara lebih dari 50 kursi setelah mendapat dukungan dari PDIP. Kompas.com
Ahok mendapat suara lebih dari 50 kursi setelah mendapat dukungan dari PDIP. Kompas.com

Sosok Ahok memang fenomenal sebagaimana dikatakan banyak orang. Sikapnya cepat tanggap dan menjadi ciri khas. Namun menurut Adjat Sudradjat ada beberapa kegagalan dan kelemahan Ahok saat memimpin Jakarta. Salah satu program yang gagal adalah e-catalog dan itu memang dibenarkan oleh Ahok sendiri. Dari sisi infrastruktur, Pemprov DKI belum mampu menambah jumlah bus Transjakarta. Bus yang dulu dibeli pun telah rusak dan bermasalah. Dan hal ini pun diakui oleh Ahok sendiri. Meski gagal, sikap mau mengakui kegagalan ini patut diacungi jempol dan bisa menjadi cerminan untuk pejabat lainnya.

(LBT/YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun