"Anak pertama saya sering sakit-sakitan, mungkin saja hal tersebut disebabkan oleh pemberian ASI yang tidak benar," lanjutnya.
Namun tentu saja Kompasianer pun memiliki pendapat berbeda. Dikdik Eslente misalnya. Ia menyatakan tidak setuju jika bayi dikatakan tidak membutuhkan susu formula.
"ASI memang sangat penting dan utama. Tapi susu formula juga perlu dan penting sebagai pelengkap utama selain ASI," tuis Dikdik.
Namun meski demikian susu formula tetap tidak boleh dianggap sebagai pengganti ASI menurutnya. Tetapi susu formula harus dijadikan sebagai penambah atau yang memperkaya nutrisi bagi bayi.
"Ibaratnya susu formula itu sunnah yang dalam kasus tertentu menjadi hukum wajib," lanjut Dikdik.
Senada dengan DIkdik, Kompasianer Irmina Gultom pun mengatakan demikian. Menurutnya ASI memang jauh lebih baik tetapi bukan berarti susu formula tidak dibutuhkan begitu saja oleh bayi.
"Susu formula dapat dijadikan sebagai pengganti setelah pemberian ASI eksklusif. Ada beberapa kondisi ketika ASI terpaksa diganti dengan susu formula. Misalnya, si ibu sedang menjalani pengobatan dan sisa obat diekskresikan via ASI," tulis Irmina.
"Atau, saat adanya kondisi yang membuat si ibu jarang bertemu dengan bayinya. Mau tidak mau si bayi harus minum sufor supaya gizinya tetap terpenuhi," lanjutnya.
Memang, susu formula sangatlah praktis dan lebih baik digunakan hanya dalam kondisi-kondisi tertentu. Pasalnya dengan memberikan ASI kepada buah hati, bukan hanya manfaat medis yang bisa didapatkan, tetapi juga hubungan antara ibu dan anak akan semakin erat. (YUD)