Setiap manusia tentu ingin memiliki pasangan untuk menjadi pendamping di hidupnya. Tentu saja ini adalah hal yang sangat wajar baik secara psikis maupun biologis.
Ketika pria dan wanita merasa cocok dan bisa saling melengkapi satu sama lain, maka mereka dapat melanjutkan hubungan mereka dalam ikatan pernikahan. Namun, pernikahan adalah hal yang sakral dan untuk melakukannya harus melalui perhitungan yang matang.
Apa yang harus diperhitungkan? Tentu saja yang paling penting adalah usia ideal untuk menikah. Pasalnya, jika usia calon pengantin ini tidak ideal untuk menikah maka ada banyak risiko yang bisa menjadi beban baik dari aspek biologis maupun non-biologis.
Memang berbagai hal soal pernikahan ini sangat menarik untuk dibicarakan, apalagi jika berbicara soal usia. Kompasianer juga tentu memiliki pandangannya masing-masing tentang diskusi ini. Nah, berikut ini adalah beberapa pandangan Kompasianer tentang kapan idealnya pria dan wanita untuk melaju ke pelaminan.
1. Menikah Muda: Gengsi atau Pilihan?
Pada zaman dahulu tren menikah ada pada usia belasan, kemudian bergeser pada usia 20an bahkan pernah mencapai umur 20 akhir (27-29) dan sekarang kembali ke awal usia 20an. Namun menurut Cyintia, sebenarnya sah-sah saja menikah di usia berapapun, asalkan memenuhi beberapa persyaratan dan pertimbangan, di antaranya adalah;
Pertama sudah memiliki kematangan. Kematangan di sini bukan hanya soal fisik tapi juga soal emosional. Kematangan emosional ini bisa dilihat dari sisi kepribadian. Sisi emosional ini sangat penting karena juga sangat berhubungan dengan kematangan sosial.
Kedua, mengetahui alasan untuk apa Anda menikah. Menikah tidak bisa dilakukan karena hanya ingin mengikuti tren semata. Harus ada alasan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
Ketiga, sudah mampu membiayai kehidupan sendiri. Tentu ini sangat penting karena jika siap menikah maka harus siap berkeluarga.
Keempat dapat menahan ego. Menyatukan dua kehidupan dalam satu ikatan tentu akan muncul konflik yagn disebabkan ego masing-masing.
Kelima, bisa memahami diri sendiri dan pasangan. Dan keenam, harus ada komitmen di awal pernikahan.
2. Wanita Menikah Karena "Target" Usia ?
Bagi para wanita, biasanya keinginan menikah muncul ketika ia berusia di atas 20 tahun. Dan biasanya wanita memiliki target usia masing-masing untuk menikah. Usia 25-30 tahun biasanya menjadi kejaran dan semakin tua, semakin menggebu keinginan menikah ini.
Tapi sebagai wanita, sebelum melakukan suatu pernikahan sebaiknya seorang wanita harus benar-benar mapan. Mapan seperti apa? Auda menjelaskan bahwa mapan di sini bukan hanya berarti sebagai materi. Memang materi juga menempati posisi penting dalam pernikahan karena diperlukan biaya untuk membangun sebuah keluarga.
Bagi wanita, arti mapan lebih ditekankan pada mapan secara emosional, di mana bila menikah nanti tentu akan banyak masalah-masalah dalam rumah tangga. Oleh karena itu dalam menikah, wanita harus berada dalam usia yang mapan ini. Menikah terlalu muda cenderung emosinya masih meledak-ledak. Di sinilah wanita harus benar-benar memikirkan kapan usia yang tepat untuk menikah.
Menikah bukan hanya karena target usia, tapi kematangan dan kemapanan lah yang harus dipertimbangkan. Baik secara finansial mupun emosional.
3. Usia Kualitatif Pernikahan
Malik Bewok berpendapat, bahwa dua argumen pro kontra ini tidak akan pernah bisa bertemu. Karena inilah maka kehadiran lembaga pemerintah sangat dibutuhkan.
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 diaturlah kapan usia yang layak bagi manusia menapaki jenjang rumah tangga. Dalam pasal 7 disebutkan bahwa laki-laki diizinkan menikah pada usia 19 tahun, sedangkan perempuan usia 16 tahun.
Dalam Undang undang perkawinan, usia 19 dan 16 tahun ini diasumsikan sebagai batas minimum yang dapat diberi izin orang tua. Karena pada hakekatnya dalam UU Perlindungan Anak disebutkan bahwa usia anak adalah sebelum berusia 18 tahun. Sedangkan dalam UU Pernikahan manusia dikatakan dewasa dan bisa mandiri pada usia 21 tahun. Peraturan-peraturan inilah yang bisa menjadi acuan dalam menentukan kapan orang akan menikah.
Dalam menentukan pernikahan, selain persoalan usia, isu yang menjadi polemik adalah perspektif yang digunakan dalam memaknai pernikahan itu sendiri. Jika kita fokus pada pembatasan usia secara kuantitatif atau dalam arti usia biologis maka persoalan ini tidak akan terpecahkan.
Dengan demikian siapa pun yang akan menikah harus merujuk pada kesiapan dan kualitas individu terkait kematangan baik fisik maupun mental. Sedangkan untuk batasan umur, 19 dan 16 tahun ini hanya batas minimal saja. Bukan keharusan.
4. Sebaiknya Menikah pada Usia Berapa?
Berita ini mengusik Cahyadi untuk menulis artikel tentang pernikahan dini ini. Menurutnya, salah satu alasan pernikahan di usia muda adalah untuk menghindari perbuatan dosa. Di kalangan santri, diajarkan agar mereka menghindari pacaran dan pergaulan bebas. Dan jika tidak segera menikah dikhawatirkan akan terjerumus pada perzinahan dan kemaksiatan.
Alasan ini menurut Cahyadi memang masuk akal, tapi apakah usia pernikahan mereka cukup matang untuk menjalani kehidupan keluarga?
Jika tidak dilakukan dengan kematangan jiwa maka dikhawatirkan yang terjadi hanya upaya pencegahan dari perbuatan maksiat. Memang tidak mudah untuk memberi kematangan manusia, bisa saja 19, 21, atau bahkan 24 dan berapapun itu. Yang penting adalah kematangan kejiwaan.
Tapi di sisi lain usia 16 itu terlalu muda. Jika menikah pada usia ini maka ia harus rela meninggalkan dunia remaja. Tapi jika ada yang menikah pada usia 25 namun belum memiliki visi jelas tentang keluarga, ini pun tidak bisa dibenarkan.
Yang diperlukan adalah kejelasan visi dan kematangan mental untuk membangun keluarga mandiri.
5. Menikah Bukan Hanya Sekedar Umur
Namun, jika dipikir secara logika, menurut Susi, rata-rata usia manusia adalah sekitar 80 tahun. Jika ia menikah di usia 27 tahun maka ada waktu 53 tahun yang dihabiskan bersama pasangan. Â 53 tahun bukanlah waktu yang sedikit, oleh karena itu harus memilih pasangan yang tepat. Inilah hal penting yang harus kita putuskan sebelum menikah.
Selain itu, kematangan juga harus sangat diperhitungkan. Jika mental belum siap dan masih sangat ingin hidup bebas selayaknya remaja, maka sebaiknya jangan memaksakan untuk menikah. Karena menikah bukan hanya sekadar umur. Mau itu pernikahan dini ataupun sedikit telat, yang terpenting adalah mental yang siap dan kematangan jiwa agar bisa melewati segala kendala saat berkeluarga. Namun menurutnya, usia 25 pun masih terbilang ideal.Â
----
Itulah beberapa opini Kompasianer tentang kapan idealnya manusia untuk menikah. Memang, menikah adalah hal yang sakral dan harus melalui berbagai pertimbangan. Kemapanan dan kesiapan baik fisik maupun psikis harus menjadi perhitungan utama. Jadi menurut Anda, kapan idealnya orang untuk menikah?
Oya, Kompasiana dan BKKBN juga menyelenggarakan Nangkring di Kota Kupang dengan tema 'Nikah Usia Ideal, Raih Masa Depan Cemerlang' pada Rabu, 27 Juli 2016.
Segera daftarkan diri Anda untuk menjadi bagian dari diskusi menarik ini, gratis! [DAFTAR DI SINI] (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H