Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutar Kembali Ingatan 1965

21 Juli 2016   13:04 Diperbarui: 21 Juli 2016   13:10 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rivan Awal Lingga Massa dari Front Pancasila melakukan aksi di depan Tugu Tani, Jakarta, Senin (18/4). Kompas.com

Pengadilan rakyat internasional atas kejahatan kemanusiaan periode 1965 memutuskan bahwa Indonesia dinyatakan bersalah dan harus bertanggung jawab atas kejahatan HAM berat pada 1965-1966.

Disebutkan bahwa kejahatan yang terjadi adalah genosida atau upaya dan tindakan untuk memusnahkan golongan penduduk tertentu. Di mana kejahatan ini dialami oleh simpatisan Partai Komunis Indonesia dan anggota Partai Nasional Indonesia (PNI).

Dalam putusan ini dijelaskan juga bahwa ada keterlibatan Soeharto dalam pembantaian 1965. Disebutkan bahwa Soeharto merupakan menara komando yang memiliki kontrol de facto atas ibu kota dan angkatan bersenjata.

Tragedi 1965 ini tentu menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia. Namun bangsa yang besar bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Oleh karena itu berikut ini adalah beberapa catatan yang bisa mengingatkan kita kembali akan peristiwa 1965 silam.

1. Hal-hal di Balik Pembunuhan Massal 1965 yang Perlu Anda Ketahui

KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Sejumlah keluarga dari eks korban 1965 menaburkan bunga di atas liang lahat. Mereka juga melantunkan doa untuk para jenazah yang telah terkubur tersebut.
KOMPAS.com/NAZAR NURDIN Sejumlah keluarga dari eks korban 1965 menaburkan bunga di atas liang lahat. Mereka juga melantunkan doa untuk para jenazah yang telah terkubur tersebut.
Tragedi pembantaian 1965 memang menjadi masa kelam bangsa Indonesia. Namun di balik kejadian ini ada beberapa hal yang perlu diketahui. Muwaffiqol Fahmi merangkumnya dalam sebuah artikel pada 2013 lalu. Menurut catatannya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Pertama adalah adanya skenario politik. Kejadian ini berhubungan dengan peran Amerika Serikat sebagai sutradara. AS menyerahkan daftar nama orang-orang PKI untuk menjadi target dan dari sinilah berawalnya genosida.

Kedua di balik skenario politik ini ada kepentingan untuk menggulingkan Soekarno. AS dan Soeharto memiliki simbiosis mutualisme dalam upaya meruntuhkan PKI.

Meski tragedi ini telah berlalu dan Indonesia diputuskan bersalah melalui Pengadilan Rakyat Internasional dampak tragedi ini masih terasa. Korbannya adalah masyarakat indonesia. Masih ada banyak hal yang diutarakan oleh Muwaffiqol tentang apa saja yang ada di balik pembunuhan massal 1965. Anda bisa membaca selengkapnya pada artikel tersebut. 

2. Tragedi 1965 yang Belum Usai

Lipsus.Kompas.com
Lipsus.Kompas.com
Yunus Harefa menilai bahwa tragedi 1965 sebenarnya hanya serpihan dari potongan tragedi kemanusiaan lain yang masih belum usai. Ada banyak tragedi yang masih terkatung-katung tanpa ada kejelasan. Sebut saja tragedi Semanggi, tragedi Mei 1998, Talangsari 1989, dan Wamena 2003.

Ironi memang, karena kasus-kasus ini belum menemukan titik terang penyelesaiannya. Tragedi yang sudah disebut di atas hanya segelintir dari banyak tragedi yang sudah ditutup dan dikubur dalam-dalam, berupaya menghilangkan rasa untuk menguaknya.

Pemerintah juga seharusnya memberikan sikap dan memperlihatkan adanya upaya penyelesaian. Bukan membuat kasus-kasus ini hanya menjadi tumpukan kertas yang kemudian dibuang ke tong sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun