Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutar Kembali Ingatan 1965

21 Juli 2016   13:04 Diperbarui: 21 Juli 2016   13:10 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kristian Erdianto 13 keluarga korban pelanggaran berat HAM masa lalu mendatangi halaman depan gedung Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan RI, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).

Kristian Erdianto 13 keluarga korban pelanggaran berat HAM masa lalu mendatangi halaman depan gedung Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan RI, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).
Kristian Erdianto 13 keluarga korban pelanggaran berat HAM masa lalu mendatangi halaman depan gedung Kementerian Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan RI, di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).

Penangkapan dan penahanan pada para aktivis dan simpatisan PKI terjadi antara tahun 1965 hingga 1973. Dalam rentang waktu 1965-1967 terjadi pula pembunuhan secara besar besaran dan mencapai angka 500 ribu jiwa.

Jefri Anto mencatat bahwa peristiwa ini dilatar belakangi Gerakan 30 September PKI yang berisi atas pertentangan dua kutub politik saat itu yaitu PKI dan Angkatan Darat. Kedekatan PKI dengan Soekarno tentu membahayakan peta politik saat itu. PKI melontarkan isu propaganda dan tubuh AD sendiri pun terpecah.

Tragedi 1965 menyisakan penderitaan dan trauma berkepanjangan bagi orang-orang yang menjadi korban dari tragedi tersebut. Puluhan tahun berlalu masyarakat Indonesia masih phobia terhadap komunisme. Hal ini akibat dari stigma buruk terhadap PKI dan Komunisme yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.

Dalam artikelnya ini Jerfri menerangkan bahwa upaya Gus Dur yang ketika menjabat sebagai presiden untuk rekonsiliasi seolah dilakukan hanya setengah-setengah. Meski sempat meminta maaf, tidak ada tindak lanjut atas peristiwa ini.

Saat ini yang perlu dilakukan oleh masyarakat khususnya generasi muda terkait upaya rekonsiliasi korban kekerasan dan eks tapol Tragedi 65 adalah dengan “meluruskan” kembali pemahaman kita tentang sejarah Tragedi 65.

Pemahaman yang bijak tentang sejarah tragedi 65 setidaknya diharapkan dapat menghapus stigma buruk yang telah bertahan sampai puluhan tahun. (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun