Juni lalu, rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa melalui referendum yang tingkat partisipasinya mencapai 75 persen jumlah penduduk Inggris Raya.
Dikenal dengan istilah Brexit, keluarnya Inggris dari Uni Eropa ini tentu berdampak besar pada dunia. Lini bisnis menjadi gonjang-ganjing akibat keputusan ini karena memang Inggris menjadi salah satu kunci perdagangan di Uni Eropa.
Bukan hanya sektor bisnis lini lainnya juga seolah mengalami keretakan atas dampak hasil referendum ini. Dampak ini tidak hanya terjadi pada lingkup Uni Eropa saja, secara tidak langsung negara-negara di luar lingkaran ini pun ikut merasakan akibatnya.
Lalu memang seperti apa saja dampak Brexit ini pada dunia dan khususnya Indonesia? Berikut ini adalah sedikit rangkuman beberapa artikel Kompasianer yang melihat peluang serta dampak Brexit pada Indonesia dan dunia.
1. Dag Dig Dug Brexit: Sejarah dan Efeknya pada Dunia
Dalam catatan Ryo Kusumo masyarakat Inggris kala itu terpecah menjadi dua kubu yaitu Remain (tetap di UE) dan kubu Leave (keluar dari UE). Kubu Remain berisi partai buruh yang dianggap progresif dan peka terhadap isu aktual sedangkan kubu Leave berasal dari Partai Konservatif yang menganggap kejayaan masa lalu adalah hal yang harus dipertahankan.
Ketika artikel ini ditulis, keputusan untuk keluar dari Uni Eropa belum diambil. Sehingga Ryo ketika itu meramalkan jika hasilnya dimenangkan kubu Remain maka kondisi akan stabil, normal dan baik-baik saja. Namun jika kelompok Leave menang, maka akan ada banyak dampak negatif.
Ryo meramalkan ketika itu, jika pergi dari UE adalah keputusan yang diambil maka kemungkinan besar poundsterling akan jatuh. Kemudian disusul Euro. Jika terus berlangsung maka ekonomi Amerika pun akan bergoyang terutama pada sektor ekspor. Dan Indonesia juga akan ikut terkena imbasnya.
Apalagi wilayah Eropa yang masih dilanda krisis dengan tingkat pengangguran rata-rata masih di atas 10 persen. Jika hal ini terus berlangsung dan tidak mendapat antisipasi maka krisis 2008 yang pernah terjadi mungkin bisa kembali melanda ekonomi dunia.
2. Momentum Indonesia atas Brexit
Muhammad Husain Nashar juga melihat bahwa integrasi menyelurus seperti yang dilakukan Uni Eropa dirasa sudah tidak lagi relevan karena integrasi banyak negara seperti ini tidak lagi menguntungkan semua pihak yang ada di dalamnya.