Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melihat Suasana Ramadan di Negara Lain

20 Juni 2016   19:51 Diperbarui: 21 Juni 2016   01:23 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kompasianer Biyanca Kelim

Sudah hampir setengah bulan umat muslim di dunia menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Beragam cerita menarik tentu muncul selama setengah bulan ini.

Bagi umat muslim di Indonesia, cerita berpuasa bersama keluarga adalah yang paling istimewa. Bercerita bagaimana mereka bercengkrama dengan keluarga sembari menanti waktu berbuka.

Namun bagaimana dengan mereka yang puasa di negara lain? Beda lokasi tentu beda cerita serta budaya dan akan sangat menarik untuk melihat bagaimana tradisi ramadan setiap tahunnya di belahan negara lain.

Untungnya, para penulis di Kompasiana bukan hanya berasal dari Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang ada di negara lain yang rela meluangkan waktu mereka untuk menulis dan berbagi cerita. Nah, berikut ini adalah 4 ulasan melihat suasana bulan Ramadan di belahan negara lain yang dituliskan oleh Kompasianer.

1. Inilah Tradisi Ramadan di Mesir

Ramadan di Mesir. Dokumentasi Kompasianer Kiara Wael
Ramadan di Mesir. Dokumentasi Kompasianer Kiara Wael
Mesir seperti halnya Indonesia, mayoritas penduduknya memeluk agama islam. Bulan Ramadan di negara ini selalu disambut dengan sangat meriah. Dan menurut Kiara Wael Ramadan yang jatuh pada musim panas jauh lebih ramai dibandingkan jika jatuh saat musim dingin dan suasana kota menjadi lebih hidup.

Di Mesir, ada beberapa tradisi yang sangat unik. Pertama adalah tradisi memasang lampu Fanous. Lampu Fanous adalah lampu seperti lampion yang dipasang di balkon rumah ketika Ramadan. Saat memasuki bulan Ramadan ada banyak sekali penjual lampu ini di sana. Bentuk dan ukurannya beraneka ragam dan terbuat dari timah dan rangkaian kaca warna warni.

Kemudian ada juga tradisi memasang lampu dan hiasan di jalan. Dengan lampu ini jalanan di Mesir terlihat lebih meriah saat Ramadan. Kemudian ada juga tradisi yang sama dengan di Indonesia yaitu tradisi buka puasa bersama, dan banyaknya sinetron Ramadan di stasiun televisi lokal.

Di Mesir, buka bersama biasanya dilakukan di ruang terbuka dengan menggunakan tenda. Dan makanan yang disediakan biasanya adalah jus, air mineral, roti, ayam dan buah-buahan. Ada juga tradisi pembagian sedekah yang dilakukan pada hari Jumat dengan mendatangi rumah-rumah orang yang kaya.

2. Suasana Bulan Ramadhan di Bahrain

Dokumentasi Kompasianer Sahrudin
Dokumentasi Kompasianer Sahrudin
Setelah Mesir, negara yang juga memiliki jumlah penduduk muslim yang cukup besar adalah Bahrain. Bulan Ramadan tahun ini ternyata jatuh pada musim panas. Menurut Sahrudin suhu di sana bisa mencapai 40 derajat celcius di siang hari dan 30 derajat di malam hari. Kemudian di sana waktu berpuasanya cukup panjang yakni sekitar 15 jam. Buka puasa pada pukul 18.30 dan imsak sekitar 03.15.

Ternyata di Bahrain, jam kerja yang diberlakukan perusahaan pada umat muslim saat Ramadan adalah rata-rata 6 jam. Mulai masuk jam 8 pagi hingga 2 siang bergantung kebijakan perusahaan masing-masing.

Kemudian, tradisi Ramadan yang ada di Bahrain juga tidak jauh berbeda dengan Mesir. Di Bahrain, selama Ramadan jalanan akan dihiasi lampu-lampu cantik dan menarik. Menandakan bahwa Ramadan adalah bulan mulia yang disambut dengan kemeriahan.

Selain itu, pusat perbelanjaan modern seperti mall juga akan memberikan takjil gratis berupa buah kurma dan teh khas arab kepada para pengunjung mall. Bahkan di setiap sudut jalan dibuka kotak-kotak badan amil zakat untuk orang-orang yang ingin bersedekah.

3. Kebijakan Sekolah di Jerman Saat Ramadhan

Ilustrasi. Sumber: Images.nzz.cc
Ilustrasi. Sumber: Images.nzz.cc
Di Jerman, jumlah pemeluk agama islam memang tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia. Bahkan cenderung menjadi minoritas.

Di sana, menurut Kompasianer Elde aktivitas keseharian yang dijalani saat Ramadan tidak ada bedanya dengan bulan-bulan lain. Toko-toko makanan buka seperti biasa juga kesibukan di tempat kerja dan sekolah.

Kemudian bulan Ramadan tahun ini harus dijalani dengan rentang waktu yang lebih panjang. Jika dihitung kira-kira 16 jam umat muslim harus berpuasa dalam satu harinya.

Namun ada satu keistimewaan di sebuah sekolah di mana tempat anak dari Kompasianer Elde menuntut ilmu. Sekolah milik pemerintah Jerman ini memberi sedikit kelonggaran pada murid-murid yang melaksanakan ibadah puasa.

Proses belajar tetap berjalan seperti biasa namun khusus pelajaran olah raga murid yang tengah berpuasa diperbolehkan untuk tidak mengikuti mata pelajaran ini.

Selain itu pada akhir Ramadan bagi muslim yang akan berlebaran, di sekolah ini juga ada kebijakan yang memperbolehkan muridnya untuk tidak masuk selama 2 hari. Kebijakan kecil ini adalah wujud dari toleransi antar umat beragama yang dijalankan di sana.

4. BukBer di Hong Kong dengan Menu Kari India

Dokumentasi Kompasianer Biyanca Kelim
Dokumentasi Kompasianer Biyanca Kelim
Beralih ke daratan ASIA. Kali ini, Hong Kong yang mendapat sorotan dari Kompasianer Biyanca Kenlim. Ia menceritakan bagaimana kondisi ketika ia menggelar acara buka bersama rekan-rekannya.

Ketika buka bersama, semua membaur menjadi satu ruangan. Baik itu ekspatriat, warga muslim Tiogkok, Timur Tengah, berkulit hitam, Malaysia, India, Pakistan, semua buka bersama di satu tempat dengan menu yang sama.

Ketika azan berkumandang, seperti biasa para peserta memilih minuman sendiri. Di Hong Kong, hidangan berbukanya pun berbeda beda. Ada teh tarik, kurma, kue basah, pastel dan buah-buahan.

---------------------------------

Itulah beberapa gambaran suasana ketika menjalani ibadah puasa Ramadan di negara lain. Untuk ulasan-ulasan lainnya akan kami rangkum dalam kisah-kisah berikutnya. Selamat berpuasa! (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun