Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah Artikel Kompasianer Terpopuler di Facebook Mei 2016

2 Juni 2016   16:06 Diperbarui: 2 Juni 2016   16:24 1493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sertifikat tanah. Tribunnews.com

Bulan Mei lalu ribuan artikel masuk ke Kompasiana. Berbagai macam genre, judul, dan gaya penulisan digoreskan oleh penulis-penulis berkualitas. Tentu saja tulisan-tulisan ini sangat disayangkan jika tidak dibagikan di media sosial.

Facebook adalah media sosial yang paling populer saat ini. Dengan segala kelengkapan kontennya menjadikan Facebook sangat digemari oleh para pengguna internet. Oleh karena itu, tim media sosial Kompasiana juga menggunakan media ini sebagai perantara untuk membagikan artikel-artikel menarik untuk para pembaca.

Dan berikut ini adalah 10 artikel terpopuler hasil goresan Kompasianer selama bulan Mei lalu.

#Peringkat 10

Menguji Klaim Ahok Soal Dukungan Megawati

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menetapkan diri untuk melaju sebagai calon Gubernur DKI melalui jalur independen. Namun anehnya menurut Yon Bayu beberapa parpol kemudian menawarkan diri untuk mendukung Ahok. Namun tidak demikian halnya dengan klaim dukungan Megawati. Mengapa?

Pertama, saat ini PDIP sudah melakukan penjaringan bakal calon di mana Ahok tidak ikut mendaftar. Artinya ahok tidak mengikuti mekanisme partai.

Kedua, hubungan Ahok dan Megawati yang belakangan kurang harmonis.

Ketiga, gengsi politik. Tidak mungkin PDIP akan mengorbankan kepercayaan para pendukungnya. Jika PDIP hanya menjadi ‘cheerleaders’ dalam kontestasi Pilgub DKI 2017, berarti PDIP mengabaikan suara rakyat yang telah memenangkan PDIP pada Pemilu 2014 lalu.

Keempat, proses penjaringan yang dilakukan DPD PDIP Jakarta sudah memasuki tahap fit and proper test

Kelima, PDIP memiliki kader-kader yang diyakini mampu menyaingi elektabilitas Ahok.

Artikel milik Yon Bayu ini mendapatkan sebanyak 452 reaksi dan 24 share di Facebook.

#Peringkat 9

Selamat Jalan Siti Rahmani Rauf, Sang “Ibu Budi” yang Sesungguhnya

Siti Rahmani Rauf, penulis buku
Siti Rahmani Rauf, penulis buku
Kabar duka menyelimuti dunia pendidikan Indonesia. 10 Mei 2016, Siti Rahmani Rauf, Penulis buku 'Ini Budi' mengembuskan nafas yang terakhir pada usia 97 tahun. Beliau wafat setelah selama 30 tahun berjuang melawan penyakit gula yang dideritanya.

Buku 'Ini Budi' menurut Idris Apandi adalah sebuah karya yang fenomenal. Beliau menulis buku tersebut tanpa menerima bayaran. Beliau melakukan hal tersebut dilandasi oleh rasa cintanya terhadap pendidikan.

Dari sosok Bu Siti Rahmani, ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil. Pertama, dedikasi dan rasa cinta terhadap tugas. Bu Rahmani menjadi guru selama 40 tahun, mulai tahun 1937 dan pensiun tahun 1976.

Kedua, keihklasan. Bu Siti Rahmani menulis buku 'Ini Budi' tanpa dibayar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian dan rasa cintanya terhadap pendidikan.

Ketiga, mengukir sejarah. Bu Siri Rahmani bukan guru biasa, tetapi guru luar biasa, guru istimewa, dan sosok guru inspiratif. Namanya akan ditulis dengan tinta emas dalam sejarah pendidikan di Indonesia.

Artikel ini mendapat sebanyak 509 reaksi dan 75 share di Facebook.

#Peringkat 8

Senyum Anak-anak Flores, Berat Sudah Biasa

Kompasianer Ya Yat mendapat kesempatan untuk blusukan ke pelosok Larantuka dalam rangka melihat lebih jauh potensi pariwisata tempat ini.

Tanggal 19 Mei 2016 sepulangnya kami dari Danau Asmara, Ya Yat bertemu dengan anak-anak ini. Anak-anak ini tinggal di Desa Tanjung Lebau yang belum terjamah oleh listrik dan susah air bersih. Listrik dan air, dua hal yang teramat penting bagi persendian hidup masyarakat ini masih menjadi hal yang sangat sulit di dapat.

Jalan menuju desa ini berbatu dengan sisi kanan dan kiri pepohonan lebat. Dengan keterbatasan transportasi, warga cuma bisa membawa 1-2 dirigen air ke rumahnya.

Anak-anak kecil yang mestinya menikmati dunianya dengan bermain dan belajar dengan segala fasilitas penunjang, harus menjalani hidup dengan kerasmkarena keadaan.

Seorang teman yang sering wara-wiri ke Flores dan secara kebetulan bertemu dengan saya di Kupang bilang.. Flores itu level 5 dalam tingkatan daerah di Indonesia. Kasarnya daerah ini masih minim pendapatannya.

Sulitnya air membuat beberapa orang mendirikan bisnis penjualan air. Satu galon besar air bersih dijual tiga ratus ribu rupiah. Sungguh ironis ya.. dikelilingi air berlimpah tapi hidup kekurangan air.

Artikel ini mendapatkan sebanyak 669 reaksi dan 190 share.

#Peringkat 7

Setya Novanto, Zaskia Gotik, dan Sonya Depari, Ironi Sebuah Negeri

Setya Novanto. Kompas.com
Setya Novanto. Kompas.com
Setya Novanto terpilih sebagai orang yang menduduki kursi nomor satu di Partai Golkar. Hal ini dinilai Susy Haryawan sebagai pelengkap keadaan di mana seorang yang dinilai sebagai pelanggar malah menjadi tenar.

Memang ada beberapa sosok di media massa yang bermula sebagai seorang pelanggar namun malah diberikan kedudukan pada akhirnya.

Pertama, Setya Novanto itu sendiri. Politikus liat, cerdik, dan bertahan di dalam segala suasana. Persoalan terbesar itu ada di kasus akhir tahun lalu yang mencatut nama pejabat tinggi negara untuk bagi-bagi saham FP. Kasusnya hanya membawa ia turun satu trap, dari ketua dewan menjadi ketua fraksi Golkar.

Kedua, Zaskia Gotik. Becanda soal lambang negara. Persoalan pendidikan memang bisa berpengaruh pada pengetahuan dan sikap, namun itu bukan faktor pembenar untuk membebaskannya dari pertanggungjawaban baik moral dan hukum.

Sonya Depari. Kisah mengenai anak sekolah menengah atas yang ditegur karena melanggar lalin, dan malah membentak polwan dengan menggunakan kerabatnya yang menjadi petinggi polisi, dan dilepaskan begitu saja. Kasus selesai, malah dijadikan duta anti narkoba.

Kita bisa belajar dan boleh menyimpulkan, mengapa susah-susah berprestasi, mempertahankan hidup tertib azas, tertib hukum, kepantasan, dan hidup baik lainnya untuk mendapatkan kedudukan dan penghargaan di negeri ini. pandangan duniawi sangat mungkin diamini dan dipakai oleh anak-anak tidak mau berupaya keras demi hasil yang lebih baik.

Artikel karya Susy Haryawan ini mendapatkan 793 reaksi dan 497 share.

#Peringkat 6

Sambil Berjualan Bakso, Siswa Inspiratif ini Lanjutkan Sekolahnya

Kota Salatiga memiliki sosok yang inspiratif. Dia adalah pelajar SMK Negeri 2 yang bersekolah sambil berjualan bakso karena terbetot ekonomi.

Bambang Setyawan mengabadikan kisahnya dalam artikel ini. Mohamad Fikri Mabruri, siswa kelas III berumur 17 tahun yang tercatat sebagai siswa SMK Negeri 2 Kota Salatiga jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), dianggap memiliki mental baja.

Bagaimana tidak, saat remaja seusianya kerap bermanja dengan orang tuanya, bahkan sering terlibat tawuran pelajar, ia malah tampil beda. Dirinya sadar diri bahwa perjuangan hidup harus dimulai sejak dini, untuk itu, ia menempuh belajar sembari berdagang.

Pada awalnya, melihat Fikri berdagang sembari belajar banyak yang mencibir. Meski begitu, hal tersebut diabaikannya. Sebab, in come dari penjualan bakwan kawi relatif lumayan.

Setelah dinyatakan lulus dari SMK Negeri 2 sepekan lalu, ia kembali menekuni dunia perbaksoan dengan sepeda motornya. Dirinya sangat berharap mampu meneruskan kuliah sembari tetap berdagang. Apa yang telah dilakukan Fikri, setidaknya mampu memberikan inspirasi kepada remaja lainnya.

Artikel ini mendapatkan 926 reaksi dan 239 share di Facebook.

#Peringkat 5

Sekarang Urus Sertifikat Hanya Butuh Rp 50.000 Saja

Sertifikat tanah. Tribunnews.com
Sertifikat tanah. Tribunnews.com
Mengurus sertifikat tanah hanya butuh Rp 50.000! Sebuah artikel menarik dituliskan oleh Suci Handayani Harjono. Menurutnya beberapa waktu lalu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) memberlakukan skema pengurusan sertifikat bagi perseorangan atau perusahaan melalui loket-loket BPN. Mengurus sertifikat sendiri tanpa diwakilkan atau minta tolong notaris, calo, ternyata proses lebih cepat, mudah dan yang jelas murah sekali.

Suci telah membuktikannya sendiri. Ia mengurus sertifikat peningkatan status rumahd ari HGB ke HM hanya butuh waktu satu minggu dan membayar 50 ribu rupiah.

Proses pengurusan juga mudah. Saat di kantor, anda diminta untuk mengambil blangko yang harus diisi dan map. Gratis, tidak ada biaya penganti blangko dan map.

Proses selanjutnya membayar biaya Rp 50.000 ke loket PT Pos dan Giro yang sudah stanby di halaman depan BPN. Tidak lama, tidak lebih dari 3 menit, Suci menyerahkan kertas perintah membayar dan membayar Rp 50.000 kemudiansretselembar kertas bukti pembayaran diterima.

Dan memang benar, belum sampai satu bulan, sertifikat sudah jadi, meskipun memang tidak infokan dari petugas.

Artikel ini mendapatkan 946 reaksi dan 2016 share di Facebook.

#Peringkat 4

Jokowi Papers Lebih Membahayakan daripada Panama Papers!

Panama Papers memang bikin heboh, tapi Jokowi Papers akan menjadi lebih heboh. Itulah yang dikatakan Samuel S. Lusi dalam artikelnya.

Paska bocornya Panama Papers ke publik internasional, yang memuat nama-nama pengusaha berbagai negara yang menyembunyikan kekayaan di luar negeri dengan maksud menghindari membayar pajak ke negara, termasuk Indonesia, Jokowi pun menemukan momentum emas untuk meng-goal-kan visi besarnya: membawa kembali “dana gelap” yang tersimpan di luar negeri.

Meski awalnya banyak pihak terkesan kontra, lambat laun mulai memberi dukungan. Ada pula yang masih galau. Juga, ada yang menolak keras. Mungkin karena terkait?

Rupanya, sebelum Panama Papers diumumkan ke publik Internasional, melalui Menteri Keuangan dan Direktur Pajak, Presiden Jokowi sudah dan sementara Membuat Daftar “para pelanggar pajak,” yang bisa disebut sebagai Jokowi Papers. Jokowi Papers bersumber dari otoritas pajak negara-negara kelompok G-20.

Artikel ini mendapatkan 1010 reaksi dan 207 share di Facebook.

#Peringkat 3

Pak Jokowi dengan Sirene

Wajah Jokowi pada cover majalah Time. Sumber: Time
Wajah Jokowi pada cover majalah Time. Sumber: Time
Purwanto Gian pertama kali menyaksikan rombongan RI 1 melewati jalur tol Gatot Subroto. Menariknya, meski dalam keadaan macet, rombongan ini tidak menyalakan sirine yang biasa digunakan pejabat ketika melintas di jalan raya.

Kali kedua Purwanto berpapasan kembali dengan rombongan RI 1 di tol yang sama. Dan kali ini rombongan presiden melaju tepat di samping mobilnya dengan lemparan senyum Presiden ketika beradu pandang dengan Purwanto. Dan kembali, rombongan tersebut tanpa sirine yang mengganggu.

Kali ketiga ia melihat rombongan RI 1 juga di tol yang sama. Namun rombongan kali ini datang dengan konvoi yang lebih banyak, lengkap dengan 2 orang sniper dan motor. Tetapi tetap tidak gaduh.

Dan untuk keempat kalinya, Purwanto kembali melihat rombongan RI 1 ketika mengarah ke senayan. Dan tentu saja tidak menggunakan sirine. Akhirnya Purwanto mencap Presiden Joko Widodo sebagai orang yang tidak mau muncul dengan kekerasan di jalanan, dengan suara sirine yang memekakkan telinga.

Artikel ini mendapatkan sebanyak 1.410 reaksi dan 351 share.

#Peringkat 2

Ketika Jokowi ‘Gila’ dan Ahok ‘Bajingan’, Skenario Singapura atas Indonesia Gagal

Artikel Asaaro Lahagu kembali menempati peringkat yang tinggi dalam jumlah popularitas di Facebook. Kali ini ia menuliskan naiknya Jokowi menjadi RI-1 adalah sesuatu yang ajaib (miracle). Tak banyak pihak yang yakin jika Jokowi berhasil menjadi Presiden. Menjelang Pilpres 2014 lalu, Singapura, negara-negara Eropa dan Amerika, sangat yakin bahwa Prabowolah yang menjadi penguasa Indonesia selanjutnya.

Dalam strategi dan kebijakan politik luar negeri Singapura, Indonesia diprediksi hingga sepuluh tahun ke depan, tidak akan banyak berubah. Dalam analisis para pengambil kebijakan politik negeri Singa itu, Prabowo tidak akan mampu membuat terobosan baru untuk memajukan Indonesia.

Selama ini, Singapura sangat nyaman dan menikmati kemakmuran yang setara dengan negara Barat. Salah satu penyebabnya adalah karena kebodohan negara tetangganya, Indonesia.

Situasi politik yang kurang stabil di Indonesia, justru diinginkan dan akan dimanfaatkan betul oleh Singapura. Jika terjadi huru-hara yang mengerikan di Indonesia, pasti tujuan pertama WNI untuk menyelamatkan diri adalah Singapura.

Sesaat setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden, maka saat itu juga maka perang heroik ala Jokowi mulai. Lewat ‘Jenderal’ wanita bermental baja, Susi Pudjiastuti, Jokowi langsung menghajar perusahaan-perusahaan ikan di Thailand, Singapura, Philipina, Singapura, China, Vietnam yang banyak bergantung pada hasil ikan Indonesia.

Sepak terjang Jokowi di kancah nasional, terus diikuti oleh Ahok di ibu kota Jakarta. Gaya Ahok dalam memimpin ibu kota Jakarta memang luar biasa. Ia sama sekali tidak mengenal takut untuk menggusur pemukiman kumuh di atas tanah negara, melawan para preman, PKL liar, melawan anggota DPRD yang korup dan menegakkan aturan.

Nah inilah yang menakutkan Singapura. Jelas bukan sekarang, tetapi 5-20 tahun lagi.

Artikel ini mendapatkan 1.518 reaksi dan 446 share.

#Peringkat 1

Inilah Rumah Orang Kaya Itu

Foto rumah Pak Salim. Dokumentasi WAPRI
Foto rumah Pak Salim. Dokumentasi WAPRI
Sebuah rumah mungil berdinding bambu yang bagian bawahnya sudah hancur dan berlantai tanah ini terletak di Dusun Tawing, Desa Sidorejo RT 4 RW 5, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.

Penghuninya adalah seorang lelaki berumur 50 tahun yang bernama Salim atau biasa dipanggil Pak Salim. Dan Figo Kurniawan mengabadikan kisah lelaki ini dalam tulisannya.

Tidak seperti pola pikir masyarakat zaman modern yang pada umumnya cenderung materialisitis, Pak Salim bisa hidup dengan tenang dan damai meski secara materi kehidupannya sangatlah pas-pasan.

Bahkan, yang membuat terhenyak adalah ketika sebuah komunitas sosial Solidaritas Wajah Pribumi (WAPRI) yang berkantor pusat di Blitar bermaksud memberikan bantuan baik berupa uang ataupun paket sembako, Pak Salim dengan halus menolaknya.

"Uang ini saya terima, tapi tolong sampaikan kepada yang lebih berhak lagi. Masih banyak di luar sana yang lebih membutuhkan daripada saya" Itulah yang dikatakan Pak Salim.

Ya, di rumah kecil berdinding bambu dan berlantaikan tanah tersebut hidup seorang Pak Salim yang 'kaya'. Dengan mempertebal iman dan tak banyak keinginan, Pak Salim mampu hidup dengan damai dan nyaman dalam kesederhanaan. Bahkan, nuraninya mampu melihat bahwa di luar sana masih banyak orang-orang yang hidupnya jauh lebih memprihatinkan dari dirinya.

Artikel inspiratif ini menduduki peringkat pertama dengan jumlah reaksi sebanyak 3.086 dan 1.445 share dari para pengguna Facebook.

---------

Seluruh data ini diurutkan berdasarkan jumlah reaksi dan share yang didapatkan dari setiap artikel. Data-data ini didapatkan dari tim media sosial Kompasiana. Kurasi peringkat ini akan rutin ditayangkan pada akhir atau awal bulan. (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun