Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Cerita Perayaan Waisak dari Tahun ke Tahun

23 Mei 2016   14:30 Diperbarui: 23 Mei 2016   14:32 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Waisak di Candi Borobudur. Dokumentasi Kompasianer Gilang

Waisak merupakan hari suci agama Buddha. Merajuk pada Wikipedia, Waisak dirayakan untuk memeringati 3 peristiwa penting yaitu; Lahirnya Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama. Tiga peristiwa ini kemudian dinamakan Trisuci Waisak.

Pada tahun 2016 ini, Hari Raya Waisak bertepatan pada tanggal 22 Mei kemarin. Tentu saja umat Buddha merayakan hari besarnya ini dengan khusyuk. Di beberapa daerah seperti Yogyakarta dan Magelang, perayaan Hari Waisak berlangsung meriah dan khidmat.

Dari tahun ke tahun, tentu perayaan Waisak ini memiliki cerita yang berbeda-beda. Oleh karena itu kami mencoba merangkum beberapa artikel Kompasianer tentang perayaan Hari Raya Waisak dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah 5 artikel reportase Kompasianer tentang cerita di balik perayaan Waisak.

1. Cerita di Balik Menikmati Waisak 2012 di Borobudur

Perayaan Waisak di Candi Borobudur. Dokumentasi Kompasianer Gilang
Perayaan Waisak di Candi Borobudur. Dokumentasi Kompasianer Gilang
Candi Borobudur dan Candi Mendhut, menjadi pusat perayaan hari raya waisak bagi umat Buddha kala itu. Berdasarkan perhitungan perputaran bulan, Waisak 2012 jatuh pada pukul 10.34.49 WIB bertepatan dengan bulan purnama yang kali ini secara khusus posisi bulan di jarak terdekat dengan bumi.

Gilang Rahmawati menceritakan kondisi perayaan Waisak saat itu dalam artikelnya. Ia melihat Gong khusus ditabuh tiga kali oleh Biksu Wongsin Labhiko Mahathera didampingi Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira di depan altar dengan patung Sang Buddha Gautama di tengahnya. Saat itulah dimulai segala prosesi perayaan, dimulai dengan meditasi detik-detik Waisak 2012.

Tampak umat Buddha bersama para biksu memasuki keheningan bersama. Mereka duduk bersila, dengan sikap badan tegak menjalani apa yang dibilang meditasi tersebut. Mereka larut dalam suasana tenang, memusatkan fikiran, hingga pada tahta puncak perayaan Tri Suci Waisak 2012. Siang itu begitu terik, banyak warga yang tampak antusias menyaksikan prosesi tersebut.

Kemudian ada juga arak-arakan yang berlangsun dalam prosesi ini. Namun pada saat arak-arakan tersebut berjalan, hujan mengguyur di wilayah Magelang. Sekitar pukul 13.00 WIB, sampai di depan Hotel Pondok Tingal sekitar pukul 14.00 WIB hujan deras. Tetapi, hal ini tidak menjadikan arak-arakan tersebut terhenti.

Gilang menyajikan reportasenya dan dilengkapi dengan foto-foto yang apik. Untuk lebih lengkap, Anda bisa membacanya pada artikel terkait.

2. Kekacauan Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur

Penerbangan lampion. Magelangonline.com
Penerbangan lampion. Magelangonline.com
Perayaan hari raya Waisak di Candi Borobudur memang sudah menjadi ritual atau kebiasaan bagi umat Budha untuk merayakannya, dimana Candi Borobudur sendiri memang merupakan candi Budha yang terkenal dan dijadikan sebagai tempat ibadah. Candi ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Tak mengherankan jika candi ini pernah menjadi salah satu dari keajaiban dunia.

Pada perayaan tahun 2013 lalu, Gracia B menceritakan ada sedikit kekacauan dalam perayaan Hari Waisak. Magelang-- seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Waisak di Candi Borobudur tahun 2013 ini menarik banyak wisatawan. Sayangnya, kesakralan hari suci umat Budha ini menjadi ternodai karenanya.

Pukul 17.00 WIB, para biksu dari majelis-majelis yang sudah dua hari melakukan prosesi Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur sudah berkumpul di panggung pelataran. Hujan rintik-rintik turun, membuat para turis mengembangkan payungnya selama menunggu acara dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun