Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Cerita Perayaan Waisak dari Tahun ke Tahun

23 Mei 2016   14:30 Diperbarui: 23 Mei 2016   14:32 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman yang menjadi korban pengunjung. Dokumentasi Kompasianer Imam Uddin

Bukan cuma itu, akhir acara yang dinanti-nantikan semua orang, yakni pelepasan lampion, malah menjadi menjadi momen paling rusuh dan memalukan. Lokasi pelepasan lampion sebenarnya sudah terpasang tali pembatas berjarak lima meter.

Tapi hasrat untuk melihat lampion dari dekat membuat beberapa pengunjung menerobos hingga mendekati satu meter dari lokasi pelepasan lampion. Kejadian ini membuat panitia kewalahan menertibkan pengunjung.

Banyak tanaman yang diinjak oleh para pengunjung demi melihat lebih dekat. Beberapa kali MC acara dan biksu juga meminta pengunjung sedikit mundur agar acara bisa berjalan dengan lancar. Tapi tetap saja pengunjung itu bandel, mundur sebentar kemudian kembali lagi saat peringatan sudah tidak diumumkan. Anda bisa melihat reportase berikut foto-foto kejadian tersebut dalam artikel Imam Uddin ini.

5. Waisak dan Euforia Lampion Borobudur

Ilustrasi penerbangan 5000 lampion. Smeaker.com
Ilustrasi penerbangan 5000 lampion. Smeaker.com
Perayaan Waisak menjadi komoditi wisata setiap tahunnya karena acara pelepasan lampion ini. Tahun ini (2016), karena Kompasianer oranggunung tidak sempat dan sedang tidak mampu membeli tiket untuk terbang ke sana, jadi merasakan gemanya hanya melalui liputan berita dan posting social media.

Penerbangan 5000 lampion itu memang membuat bulu kuduk berdiri, karena suasana sakral, pemandangan indah (secara di bawah bulan purnama, kalau tidak hujan ) dan romantis (bagi turis-turis alay) bercampur jadi satu. Suasana inilah yang rasanya diburu oleh turis maupun umat.

Senjata yang wajib dibawa dalam penerbangan 5000 lampion ini tentu saja adalah telepon pintar untuk check-in di Path atau post di Instagram agar semua dunia tahu Anda sedang berada di Borobudur dan sedang menerbangkan lampion. Jadi antara ingin eksis dan spiritualitas hanya dibatasi kertas minyak.

Bagaimanapun, sisi lain dari fenomena lampion ini adalah bahwa hari Waisak dapat menyatukan pengunjung yang berbeda-beda keyakinan. Untuk satu hari kemarin dan dini hari, tercipta toleransi dan saling menghormati perbedaan keyakinan di tengah-tengah maraknya isu SARA yang belakangan berkembang (entah dikembangkan atau berkembang sendiri). Semoga keadaan hormat-menghormati ini dapat terus berlangsung.

----

Itulah beberapa reportase yang direkam oleh Kompasianer dalam merayakan Hari Raya Waisak dari tahun ke tahun. Selamat Hari Waisak untuk Kompasianer yang merayakan. :D (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun