Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haruskah Pemerintah Bertindak atas Lambang Palu Arit?

20 Mei 2016   09:48 Diperbarui: 20 Mei 2016   09:52 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com/TAUFIQURRAHMAN Gambar tokoh-tokoh PKI yang ikut karnaval peringatan HUT ke-70 RI di Pamekasan, Sabtu (15/8/2015).

Bahkan menurutnya, ideologi impor seperti komunisme ini hanya sebagai pembanding, bukan pengganti bahkan penegas atau pemusnah Pancasila.

"Kita butuh mereka untuk menegaskan Pancasila sebagai ideologi negara.Toh juga ideologi itu gukan KEBENARAN. Rusia, Tiongkok dan negara komunis juga tidak menjadi surga bagi kebaikan. Liberalisme dan bahkan demokrasi pun juga tidak berhasil mengahdirkan penghargaan terhadap manusia," tulis Emil.

Senada dengan Emil, Kompasianer Aleksandr L juga mengatakan hal serupa. Ia menilai, bangsa Indonesia memang perlu belajar banyak dari sejarah yang terjadi di masa lalu. Namun pemerintah tidak perlu melakukan tindakan represif seperti ini. Bahkan menurutnya, masih ada sistem neokapitalisme yang justru lebih berbahaya dari komunisme.

"Bangsa kita memang perlu belajar dari sejarah, namun tidak perlu sampai sebegitunya. Kalau kita lihat sendiri, sesungguhnya bahaya dari neokapitalisme sendiri banyak, bahkan setara dengan komunismie, yang selalu diidentikkan dengan palu arit. Entah pmerintah terlalu fobia dengan masa lalunya, atau entah mereka terlalu bernafsu dengan masa Orba," tulis Aleksandr.

Isu dan ketakutan reinkarnasi PKI memang hal yang layak untuk diperbincangkan. Tentu saja sangat menarik jika kita melihat bagaimana pemerintah akan bertindak melihat isu ini. Apakah pemerintah akan bertindak tegas dan memberangus semua hal yang berbau komunisme? Ataukah ada sedikit toleransi dan meredam masa lalu yang kelam? (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun