Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Ulasan Kartini Inspiratif dari Kompasianer Tangerang Selatan Plus

26 April 2016   17:33 Diperbarui: 26 April 2016   17:40 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aaa1-571f3ee5d07a61450832680d.jpg
aaa1-571f3ee5d07a61450832680d.jpg
Yuli (baju putih) Kartini modern di bidang kesehatan. Dokumentasi Kompasianer Yusep Hendarsyah"Yang miskin dilarang sakit," adalah sebuah ungkapan kejam yang seringkali kita temui. Ketimpangan pelayanan kesehatan antara orang mampu dengan yang tak mampu sangat terlihat. Bahkan seringkali ketidakadilan ditemui dalam merasakan pelayanan kesehatan.

Namun kini ungkapan tersebut bisa diatasi. Pemerintah sudah menjamin semua warga negara untuk mendapatkan hak kesehatan melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Seperti itulah yang dituliskan Yusep Hendarsyah.

Namun biaya kesehatan tetaplah terbilang cukup mahal. Di tengah mahalnya biaya kesehatan ini kini hadir BPJS Kesehatan namun sayang penyelenggaraannya belum maksimal.

Di sinilah seorang Kartini masa kini hadir. Sosok Yuli Suprianti meskipun tanpa dukungan sponsor atau sokongan dana manapun secara sukarela melakukan advokasi pada masyarakat yang tidak mampu dan bermasalah ketika menggunakan BPJS.

Menurut Yusep, Yuli adalah sosok yang sangat inspiratif. Ia mengenal seluk beluk prosedural pelayanan rumah sakit. Diawali ketika ia membantu tetangganya yang masuk rumah sakit dan mendapat perlakuan yang berbelit-belit. Hingga akhirnya tetangganya meninggal dunia. Dari situlah kemudian Yuli bertekad untuk membantu siapa saja yang membutuhkan kapan pun dan di mana pun.

Pihak keluarga yang kurang mampu banyak sekali yang meminta bantuan Yuli untuk advokasi ke rumah sakit. Negosiasi dan pemahaman pada aturan dan perundangan yang berlaku tentang kesehatan menjadi "senjata" ampuh untuk meloloskan pasien dari prosedur yang berbelit.

Apa yang dilakukan Yuli memang sederhana, tapu sangat berarti bagi orang yang membutuhkan. Hatinya pun menjerit ketika ada teman-teman relawan yang memilih profesi lainnya dengan meminta imbalan. Namun Yuli bisa bertahan dari godaan tersebut.

3. [Ketapels Duo Kartini] Jalan Sunyi Duo Kartini Asal Tangsel

ydxj2247-5718ef72509373300af3bcd2-571f3f4a3fafbdaa0887c1fc.jpg
ydxj2247-5718ef72509373300af3bcd2-571f3f4a3fafbdaa0887c1fc.jpg
Dokumentasi Kompasianer Dzulfikar

Berangkat dari sebuah kegelisahan ternyata bisa dijadikan sebuah hasrat yang tidak pernah padam. Itulah yang dialami Riris Marpaung. Ia berlatar belakang perpustakaan justru memilih jalan sunyi, ia mendirikan sebuah studio games untuk membawa nama bangsa ke kancah dunia.

Tak berbeda dengan Riris, Yuli Supriati pun demikian. Ponsel Yuli standby 24 ham untuk membantu siapa pun yang membutuhkan. Ia berjuang mati-matian agar pasien BPJS mendapatkan hak-haknya meskipun Yuli tak mendapat imbalan sepeser pun. Dzulfikar merekam dua sosok inspiratif ini dalam sebuah tulisan.

Riris yang bergerak dalam industri kreatif mendirikan sebuah studio games. Dzulfikar menuliskan bahwa ada kegelisahan di hati Riris melihat perkembangan dunia games tanah air. Bisa-bisa Indonesia hanya menjadi target pasar, padah potensi untuk menjadi pengembang games sangatlah besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun