Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Inilah 7 Suara Kompasianer di Hari Kartini

25 April 2016   11:06 Diperbarui: 25 April 2016   20:54 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi RA Kartini. Wikimedia"][/caption]21 April adalah momentum yang sangat tepat untuk mengingat sebuah sejarah. Sejarah tentang kebangkitan kaum hawa yang berjuang akan kesetaraan.

21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Ya, Raden Adjeng Kartini yang lahir pada tanggal 21 April 1879 merupakan sosok pahlawan untuk wanita. Ia memperjuangkan kebebasan, persamaan hak, hukum dan derajat antara wanita dengan pria.

Berkat perjuangannya, saat ini tidak ada lagi batasan antara pria dan wanita. Tidak ada lagi tembok besar penghalang yang memisahkan kebebasan otoritas antara laki-laki dan perempuan. Semuanya kini sama, setara dalam segala hal.

Oleh karena itulah Kartini didaulat sebagai salah satu pahlawan dan hari lahirnya (21 April) dikenang sebagai hari kebangkitan kaum hawa, Hari Kartini.

Dalam memperingati Hari Kartini pada 21 April kemarin, Kompasiana juga mengundang Kompasianer untuk menuliskan segala hal tentang Hari Kartini, baik opini, reportase, puisi, dll. Dan berikut ini adalah 7 suara Kompasianer yang tertuang dalam artikel untuk Hari Kartini.

1. Menelaah Essensi Hari Kartini

Hari Kartini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964 yang disahkan pada tanggal 2 Mei 1964. Keputusan tersebut menetapkan bahwa Kartini merupakan Pahlawan Kemerdekaa Indonesia serta penetapan 21 April sebagai Hari Kartini.

Kompasianer Septiambar dalam artikelnya menjabarkan bahwa Kartini merupakan seorang turunan dari kalangan ningrat di tanah Jawa. Pemikiran Kartini ini tertuang melalui surat-surat yang dikirim kepada sahabatnya kala itu. Namun sayang hingga saat ini menurut Septiambar ada kegagalan dalam memaknai surat-surat tersebut.

Kegagalan dalam memaknai surat ini bisa dirasakan karena hingga sekarang perayaan Hari Kartini hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan perempuan yang kesannya hanya bersifat teknis tetapi mengesampingkan esensi perjuangan Kartini yang sebenarnya.

Contohnya adalah konde dan kebaya. Peringatan Hari Kartini sangat identik dengan penggunaan pakaian adat ini. Sebenarnya ada cita-cita mulia di balik konde dan kebaya. Meski yang dikenakan Kartini membatasi ruang gerak, tapi tidak membatasi pemikirannya.

Kemudian juga soal emansipasi perempuan. Kartini telah memberikan ruang kebebasan untuk kaum perempuan untuk berkembang dalam perannya di rumah tangga, pekerjaan, dll. Meski demikian, Septiambar menilai cita-cita Kartini saat ini telah menjad nyata. Wanita kini tidak lagi dipandang sebelah mata.

2. Menggugat "Hari Kartini"

[caption caption="Gabungan buruh memperingati Hari Kartini. Kompas.com/HERU SRI KUMORO"]

[/caption]Artikel menarik dituliskan oleh Ninok Hariyani. Ia mempertanyakan mengapa harus ada Hari Kartini, bukan "Hari Emansipasi Wanita" atau sejenisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun