[caption caption="Bupati Ogan Ilir. KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN "][/caption]Pertengahan bulan lalu, BNN melakukan operasi penangkapan yang mengejutkan berbagai kalangan. BNN menciduk Bupati Ogan Olir, AW Nofiadi Mawadi dan menetapkannya sebagai tersangka penyalahgunaan narkoba. Bupati termuda ini dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis sabu-sabu.
"Dari hasil tes darah dan rambutnya diketahui bahwa bupati ini sudah lama menjadi pengguna, yang pasti sebelum jadi bupati karena sudah terbentuk sel rambut. Kuat dugaan, malah dari remaja," kata Kepala BNN, Budi Waseso (28/3/2016) dikutip dari Kompas.comÂ
Mengejutkan memang. KPU sebagai panitia seleksi kepala daerah seolah kebobolan. Secara spontan, masyarakat kemudian mempertanyakan bagaimana proses seleksi pimpinan daerah yang dilakukan. Kasus ini seolah memperlihatkan bahwa ada proses yang tidak sesuai aturan. Ada proses yang kurang dan semestinya harus dilakukan.
Reaksi muncul dari berbagai lapisan masyarakat. Bahkan, Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan turut angkat bicara. Ia menyatakan dukungan penuh kepada BNN yang akan mengungkap penyalahgunaan narkotik oleh kepala daerah. Selain itu respon cepat juga dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo yang langsung melakukan pemecatan pada kepala daerah yang terjerat kasus penyalahgunaan narkoba.
Menanggapi kasus ini, masyarakat juga memiliki berbagai pandangan. Ada yang menilai kinerja KPU tidak maksimal sehingga kecolongan, bahkan ada juga yang menganggap adanya permainan "orang dalam" KPU sehingga calon kepala daerah yang melakukan penyalahgunaan narkoba bisa lolos dengan mudah.
Semua pihak berhak memberikan pandangan, termasuk Kompasianer sebagai bagian dari masyarakat. Kami mendapat cukup banyak tanggapan berupa artikel terkait kasus ini. Oleh karena itu, kami menghimpun beberapa artikel pilihan terkait penangkapan kepala daerah yang menyalahgunakan narkoba.
1. Bupati Termuda Ditangkap BNN, Kaderisasi Parpol Kembali Dipertanyakan
Pelantikan Bupati Ogan Ilir tentu tidak lepas dari pengaruh partai yang mencalonkan Ahmad Wazir sebagai kader. Kabar ditangkapnya Bupati Ogan Ilir ini dan ditetapkannya sebagai tersangka tentu saja memunculkan sejumlah pertanyaan, salah satunya bagaimana proses kaderisasi parpol sehingga kebobolan seperti ini. Hal inilah yang dipertanyakan Kompasianer Beni Guntarman.
Memang sangat miris melihat generasi muda yang berhasil menduduki jabatan terhormat itu ternyata seorang pecandu narkoba. Bahkan ketika proses pelantikan pun Ahmad Wazir dicurigai habis nyabu. Lantas bagaimana sebenarnya proses kaderisasi Parpol dalam menunjuk kadernya untuk menduduki jabatan terhormat ini?
Menurut Beni, seharusnya Parpol tidak bisa asal tunjuk atau hanya berdasarkan pertimbangan kedekatan yang bersangkutan dengan petinggi partai. Moralitas dan etika politik bangsa ini sedang ambruk. Maka Parpol sebagai lembaga rekrutmen dan kaderisasi pemimpin bangsa harus bertindak dengan benar. Sehingga dapat memunculkan pemimpin-pemimpin yang kompeten dan bersih. Bukan hanya bersih dari tindak pidana korupsi tapi juga bersih dari penyalahgunaan narkoba.
2. Bobolnya Parpol Pengusung Bupati Nyabu
[caption caption="DPR meminta Bupati Ogan Ilir diberhentikan permanen. Tribunnews.com"]
Lucu atau bahkan tidak lucu sama sekali, ketika seorang pengguna narkboa akut bisa lolos sebagai calon bupati. Pelajaran juga seharusnya diambil oleh Parpol pengusung. Parpol harus lebih selektif ketika menjaring calon kepala daerah, karena setidaknya jika kader yang bersangkutan terjarat satu kasus maka partai pengusung juga terkena imbasnya.
Anang juga menambahkan, jika ada kepala daerah yang terbukti terjerat kasus narkoba, sebaiknya langsung dicopot. Selain itu penjaringan kepala daerah juga bisa dilakukan melalui jalur apapun baik independen maupun parpol. Jangan sampai parpol merasa kebakaran jenggot karena kedua jalur tersebut tidak bertentangan dan sesuai dengan ketentuan hukum.
3. Bupati Narkoba dan Bencana Moral
Insiden penangkapan Bupati Ogan Ilir menjadi satu pukulan telak bagi banyak pihak. Termasuk Partai Golkar yang mengusungnya. Itulah yang dikatakan Kompasianer Amirudin Mahmud dalam tulisannya. Ia mengatakan bahwa terkuaknya penyalahgunaan narkoba oleh pemimpin daerah merupakan sebuah bencana moral.
Kasus ini diluar batas toleransi yang dapat dimengerti khalayak. Ini sangat memalukan dan memilukan. Seorang kepala daerah yang seharusnya menjadi satu teladan justri melakukan tindakan tercela. Ini adalah bencana moral bagi bangsa, menurut Amir.
Memang sebuah bencana. Bahkan ada beberapa akibat yang terlihat langsung secara gamblang. Pertama adalah keteladanan yang hilang. Kedua, gagalnya mencetak pemimpin berkualitas. Ketiga, munculnya pertanyaan kode etik dan moralitas kedokteran dalam proses pencalonan. Keempat, dipertanyakannya integritas KPU dan terakhir, uang seolah menjadi panglima.
Melihat beberapa hal di atas, kasus Bupati Ogan Ilir ini menjadi satu keprihatinan bagi kita semua. Narkoba bisa menjerat siapa saja dan BNN harus memburu siapapun yang terlibat.
4. Pemimpin Muda, Bukan Berarti Harus Foya-foya, Saatnya Bangun Indonesia
[caption caption="Barang bukti sabu-sabu ditunjukkan oleh Budi Waseso. Tribunnews.com"]
Sayangnya melihat kasus yang muncul yaitu ditangkapnya Bupati Ogan Ilir malah membuat kondisi seolah bertolak belakang dengan anggapan publik. Pemuda hingga saat ini masih menjadi jantung pembaruan nasional. Fungsi dan tugas pemuda memang sebagai agen pembaharuan menuju keadaan yang lebih baik. Bukan sebagai penguntit yang ikut tren bobrok.
Menurut Djani, banyak pemimpin muda di era ini yang diberi kesempatan dan kemampuan secara luas, baik dari masyarakat maupun intern politik. Semuanya mempunyai porsi masing-masing. Sayang, banyak pemuda yang terlena dan akhirnya tumbang bersama ideologinya. Inilah yang menjadi hambatan tambahan ditengah gencarnya pembunuhan karakter yang menimpa calon-calon pemimpin muda.
Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, tanpa adanya ikatan membangun antara pemimpin lama dan pemimpin generasi baru, bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali pada era di mana KKN merajalela.
5. Malukah Warga yang Kepala Daerahnya Terjerat Narkoba?
Pertanyaan singkat namun tajam dilontarkan Okti Li. Ramainya berita penangkapan Bupati termuda ini mengingatkan Okti pada Bupati terpilih di Kabupaten Cianjur, Irvan Rivano Mochtar (IRM). Apa kesamaannya?
Pertama menurut Okti, kedua bupati ini sama-sama berusia terbilang muda dibandingkan dengan pejabat lainnya. Jiwa kepemudaannya masih tinggi, terbukti dengan berbagai aksi di Cianjur yang langsung diketuai oleh IRM. Namun tentu saja Bupati Kabupaten Cianjur ini juga memiliki permasalahan yang sama. Tentu saja warga Cianjur dikecewakan oleh pemberitaan ini.
Lalu pertanyaan yang sama, apakah warga Ogan Ilir malu ketika kepala daerahnya terjerat kasus narkoba? Yang pasti warga akan sangat kecewa dan tidak percaya. Bahkan bisa-bisa calon pejabat tidak akan lagi dipercayai karena adanya pelanggaran ini.
--
Itulah beberapa artikel dari Kompasianer yang menanggapi tertangkapnya Bupati Ogan Ilir atas kasus penyalahgunaan narkoba.
Penyebaran narkoba memang kian masif dan tidak pandang bulu. Oleh karena itu, BNN juga harus lebih cepat tanggap atas masalah ini. Tidak penting siapa yang diciduk, yang terpenting adalah bagaimana mengeliminasi sedikit demi sedikit penyebaran narkoba yang semakin tidak terbendung ini.
Masyarakat juga harus ambil bagian dalam pencegahan dan penanggulangan. Ketika ada indikasi penyalahgunaan narkoba, masyarkat harus cepat melaporkan pada pihak yang berwajib. Agar bangsa kita tidak semakin luntur karena penyalahgunaan barang haram ini. (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H