[caption caption="Peserta Ujian Nasional keluhkan waktu yang kurang saat UN. KOMPAS IMAGES/ANDREAN KRISTIANTO"][/caption]Ujian Nasional atau UN sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, Ujian Nasional menjadi penentu lulus atau tidaknya siswa dalam satu jenjang pendidikan. Ya, tentu saja siapa yang tidak takut ketika perjuangan dan pengorbanan siswa selama 6 atau 3 tahun hanya ditentukan dalam 3 hari ujian. Setiap tahun selalu ada isak tangis dan keharuan menyesap di lingkungan sekolah ketika hasil UN dibagikan.
"Hidup dan mati" siswa ketika itu hanya ditentukan dalam 3 hari ujian. Namun, sekarang ceritanya sudah berbeda. Ujian Nasional tidak lagi menjadi momok bagi siswa. Pada awal 2015 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan menyatakan UN tidak lagi menjadi tolok ukur utama kelulusan siswa.
Menurutnya, UN kini hanya menjadi cerminan untuk menilai apakah kompetensi siswa sudah berada pada taraf yang diharapkan atau tidak. Penentu lulus atau tidaknya siswa kini dikembalikan pada pihak sekolah dengan mempertimbangkan berbagai faktor seperti etika siswa dan nilai mata pelajaran lain yang diberikan.
Tentu saja hal ini mendapatkan respons positif dari pelaku pendidikan. Ketika UN dijadikan faktor tunggal dalam menentukan kelulusan, ada sebuah ketidakadilan dari ketentuan ini. Tapi sekarang, UN disambut baik tanpa adanya kegaduhan sehingga siswa tidak usah lagi takut dan memiliki kecemasan yang terlalu berlebihan.
Senin (4/4/2016) kemarin adalah hari pertama Ujian Nasional berlangsung di tingkat SMA/sederajat. Ujian ini diharapkan membawa angin segar untuk perkembangan pendidikan di Indonesia. Tentu saja di balik UN ini ada berbagai cerita menarik, opini, tanggapan atau gagasan lainnya yang bertebaran di publik. Oleh karena itu, Kompasiana mengajak Kompasianer untuk ikut menuliskan pendapat, pengalaman, atau tanggapan perihal penyelenggaraan Ujian Nasional tahun 2016 ini dengan menyertakan label Ujian Nasional untuk topik pilihan UN 2016. (YUD)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H