Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

6 Cerita Menarik saat Nyepi 2016

3 April 2016   09:09 Diperbarui: 3 April 2016   10:25 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pawai Ogoh-ogoh di Surabaya. Sumber: tribunnews.com"]

[/caption]Bali memang identik dengan pusat agama Hindu di Indonesia. Namun meski demikian ternyata perayaan menyambut Hari Raya Nyepi tidak hanya ramai berlangsung di Bali saja. Alex Enha menuliskan bagaimana pengalamannya menyaksikan pawai Ogoh-ogoh dalam menyambut Nyepi di Bandar Lampung. Ketika itu ia akan berangkat ke kantor pada pukul 9 pagi. Di Bundaran Gajah tengah kota, ada situasi ramai yang menarik perhatiannya. Ketika ia mendekat ternyata itu adalah arak-arakan ogoh-ogoh yang diusung oleh masyarakat Hindu setempat.

Menurutnya, umat Hindu di sana memulai arak-arakan ini pada pukul 10 pagi. Ia mendengar suara dentingan gamelan khas dari Bali kemudian acara semakin ramai. Ia menilai banyaknya jumlah umat Hindu di Lampung dipengaruhi oleh adanya program transmigrasi yang dilaksanakan sejak dahulu oleh pemerintah Indonesia. Sehingga di Lampung menjadi tempat berkumpulnya berbagai suku dan agama dari seluruh penjuru Nusantara. Festival ogoh-ogoh itu juga menarik perhatian warga lainnya. Acaranya ramai dan terlihat khidmat. Semua rukun dan saling menghormati antar umat beragama. Mungkin inilah salah satu wujud kebhinnekaan yang terpancar dari satu daerah di Indonesia.

5. Ogoh-ogoh, Seni Patung Raksasa yang Mengagumkan

[caption caption="Pawai Ogoh-ogoh. Sumber: travel.kompas.com"]

[/caption]Sejak dari tadi kita membicarakan tentang Ogoh-ogoh dan bagaimana keramaian saat patung ini diarak. Namun sebenarnya apa arti dan makna dari patung Ogoh-ogoh? Kompasianer Kopi Keliling membahasanya dalam sebuah artikel.

Ogoh-ogoh menurut tulisannya adalah sebuah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan alam semesta (bhu) dan waktu (kala) yang tidak terukur dan tidak terbantahkan. Bhuta kala digambarkan sebagai sosok raksasa yang menyeramkan. Patung Ogoh-ogoh yang diarak dan kemudian dibakar memilki tujuan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu biasanya ogoh-ogoh memiliki bentuk yang besar dan menyeramkan.

Terlepas dari itu semua, menurutnya Ogoh-ogoh adalah salah satu karya seni yang patut untuk diapresiasi. Ogoh-ogoh dibuat dengan telaten dan memperhatikan estetika seni dengan sangat detail. Bahkan menurutnya saat ini di Bali sudah ada museum yang khusus menampilkan berbagai bentuk Ogoh-ogoh.

6. [Kampret Jebul 3] Dua Ogoh-Ogoh Diarak Keliling Kota Palangka Raya

[caption caption="Ogoh-ogoh dipersiapkan untuk diarak. Sumber: print.kompas.com"]

[/caption]Tidak kalah dengan Bali, kota Palangkaraya juga ikut menyambut Hari Raya Nyepi dengan semarak. Uniknya, bukan hanya umat Hindu Bali yang merayakan, tapi di sana ada juga umat Hindu Kaharingan yang notabenenya masyarakat dayak. Kendati ada perbedaan, kedua umat ini menggabungkan dalam satu wadah.

Laporan Gilang Rahmawati mengatakan sebuah upacara dilaksanakan di Catus Pata atau perempatan. Menurut informasi pemilihan tempat tersebut dilakukan agar umat Hindu selalu menempatkan diri di tengah dan agar selalu ingat posisi serta jati diri. Upacara ini digelar saat matahari tepat berada di atas kepala dan sangat mengundang perhatian warga Palangkaraya. Kemudian tepat pada pukul 16.00 dilakukan pawai Ogoh-ogoh. Dalam pawai iniliah kemeriahan begitu terasa. Tidak hanya warga Hindu, tetapi semua lapisan masyarakat ikut menikmati acara ini.

---

Hari Raya Nyepi mengajak manusia khususnya umat Hindu untuk menemukan kembali arah perjalanan sebagai pribadi maupun bangsa. Dengan Nyepi kita bisa bercermin, melihat dan mengoreksi segala kesalahan pribadi. Di balik syahdunya perayaan Nyepi dan keheningan, ada berbagai cerita menarik dan keindahan di dalamnya. Apalagi dibalut dengan toleransi antar umat beragama yang semakin membuatnya lebih indah. (YUD)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun