[caption caption="logo KPI. Sumber : nasional.kompas.com"][/caption]KPI kembali menjadi sorotan publik. Beberapa waktu lalu, kebijakan sensor yang diterapkan dalam penyiaran televisi Indonesia mengundang tanda tanya. Publik merasa kebijakan sensor ini salah sasaran, lantaran beberapa stasiun televisi malah menerapkan sensor ini pada serial kartun.
Dua judul kartun yang pernah merasakan sensor ini adalah Spongebob dan Doraemon. Tokoh sandy (seekor tupai) dalam kartun Spongebob terkena sensor dengan diblur pada bagian dadanya karena hanya memakai bra. Kemudian ada lagi karakter Shizuka dalam Doraemon diblur karena menggunakan pakaian renang. Tidak sedikit masyarakat yang merasa heran akan perlakuan sensor pada kartun ini, karena jika kita teliti, acara-acara seperti FTV atau sinetron malah seharusnya mendapatkan porsi sensor yang lebih banyak daripada kartun.
Mendapat respons negatif dari netizen, KPI secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak pernah memberikan instruksi pada stasiun televisi untuk melakukan blur pada kartun atau gambar animasi lainnya. Pernyataan KPI ini memang ada benarnya, karena bisa saja proses blur pada kartun tersebut adalah inisiatif stasiun televisi yang bersangkutan. Namun, tentu saja pernyataan KPI ini juga menyulut kontroversi.
Melihat permasalahan ini, tentu saja Kompasianer juga memliki berbagai pendapat. Berikut ini adalah 6 tanggapan kompasianer yang diambil dari topik pilihan Kontroversi Sensor Kartun.
1. Balada KPI, LSF, Susu dan Belahan Dada
[caption caption="Komisi Penyiaran Indonesia. Sumber : Kompas.com"]
Priscilla membandingkan perlakuan KPI terhadap kartun dan sinetron atau FTV. Banyak adegan di antaranya yang menampilkan aksi yang tidak baik untuk dikonsumsi, seperti percintaan remaja, kenakalan, atau perilaku lainnya. Adegan-adegan ini malah didiamkan saja, sedangkan kartun disensor habis-habisan.
Menurut Priscilla, jika KPI dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang mereka buat, seharusnya sinetron atau FTV juga dapat disensor dari awal hingga akhir. Selain itu, Priscilla juga menekankan bahwa peraturan yang tidak tepat sasaran ini justru memicu kekecewaan bagi banyak kalangan.
2. Jelang Revisi UU Penyiaran, Heboh Blur, KPI Tersandera?
[caption caption="demonstrasi menuntut KPI"]
Selama ini, mengenai program yang berbau kekerasan, horor, mistis atau program yang melanggar lainnya, KPI hanya mampu memberikan sanksi administratif. Oleh karena itu, harus dilakukan penguatan posisi KPI agar lembaga ini lebih berwibawa di depan lembaga industri penyiaran.
3. Negeri Sensor, Terima kasih KPI
[caption caption="Salah satu kartun yang kena sensor. Sumber: Kompas.com"]
Bagus juga menambahkan bahwa moral adalah hal yang jauh lebih penting daripada penampilan fisik. Selama ini tayangan yang disensor oleh KPI sebagian besar terindikasi penampilan yang tidak seronok. Padahal tayangan yang merusak morallah yang seharusnya lebih diperhatikan. Sebut saja sinetron Anak Jalanan. Dalam tayangan tersebut, ada anak sekolah yang memakai tindik di sekolah. Seharusnya tayangan seperti inilah yang menjadi fokus perhatian KPI.
4. Sensor Film di Indonesia: Wajarkah?
[caption caption="Ketepatan KPI dalam melakukan sensor dipertanyakan. Sumber: megapolitan.kompas.com"]
Lebih lanjut Sam mengatakan ada solusi yang bisa ditempuh dari polemik ini. Kuncinya ada pada dua pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui lembaga terkait seperti KPI harus melakukan sensor secara adil. Masyarakat juga harus ikut mengontrol proses sensor ini. Masyarakat harus bisa memilih tayangan mana saja yang seharusnya mendapat sensor KPI dan tayangan mana yang bisa lolos.
5. Sensor Televisi Cerminan Bangsa
[caption caption="Komisioner KPI beraudiensi dengan masyarakat. Sumber: megapolitan.kompas.com"]
Mengenai pertimbangan kebijakan sensor tentu KPI yang lebih tahu banyak. Sebut saja pada kasus sensor Spongebob di mana seekor tupai yang mengenakan bikini diblur gambarnya. Jika dipikir ulang, siapa sebenarnya yang berpikiran kotor melihat seekor tupai mengenakan bikini? Tentu kebijakan ini hanya KPI yang tahu. Bahkan ada beberapa adegan dalam sebuah acara kebudayaan yang mendapat sensor. Menurut Gede, sensor yang dilakukan selama ini adalah cerminan dari bangsa Indonesia. Sensor ini mencerminkan kemunafikan, nasionalisme buta, dan hanya menikmati acara tidak bermutu ketimbang hal yang masuk logika.
----
KPI sejatinya memiliki fungsi untuk melakukan sensor pada tayangan-tayangan yang tidak layak dipertontonkan oleh stasiun televisi. Namun, lembaga ini juga sering luput dalam melakukan penyensoran. Maka dari itu, dibutuhkan peran serta masyarakat untuk ikut mengawasi acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi di negeri ini. Kritik yang membangun juga perlu dilontarkan agar lembaga ini terus dapat memberikan kinerja maksimal demi menjaga moral bangsa agar tidak terpengaruh oleh sisi negatif dunia penyiaran. (yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H