[caption caption="Tawan dan Lengan Robot Ciptaanya | Foto : medan.tribunnews.com"][/caption]I Wayan Sumardana alias Tawan (31) mendadak tenar setelah sebuah surat kabar lokal di Bali menuliskan kisahnya yang menggunakan "lengan robot". Tukang las ini memang menderita lumpuh pada tangan kirinya dan agar tetap bisa bekerja, ia merakit perangkat lengan robotik dari barang-barang rongsokan. Lengan robotik itu kemudian dipasangkan di lengan kirinya dan membantu Tawan menggerakkan lengan kirinya.
Setelah pemberitaan di surat kabar lokal tersebut, Tawan pun dijuluki si "iron Man" dari Bali dan menjadi dibicarakan di media arus utama hingga media sosial. Pihak Pemerintah hingga akademisi pun mengunjunginya, sekadar mengapresiasi, memberikan bantuan, atau menuntaskan rasa penasaran akan cara kerja lengan robotik tersebut.
Namun, karena banyaknya keraguan atas kecanggihan lengan buatan Tawan, belakangan, tuduhan hoax atau tipuan dari netizen dialamatkan kepada Tawan. Banyak tanggapan beragam yang disampaikan Kompasianer terkait polemik lengan robot Tawan si“Iron Man” dari Bali. Berikut ini 7 artikel pilihan dari topik pilihan Polemik Tawan Si "Iron Man".
1. Mengungkap Rahasia Lengan Robot Bli Tawan
[caption caption="Tawan dan Istri | Dokumentasi Pribadi"]
“Saya tidak mencari kekayaan. Juga terkenal. Nggak, sama sekali. Kalau ini bisa membuat banyak orang menjadi terinspirasi, saya bersyukur. Orang dengan keadaan seperti saya ini, harus bisa menghidupi sendiri. Siapa yang mau kasih makan istri anak saya, kalau bukan saya?”
2. Agar Alat Robotiknya Bergerak, Tawan Harus Terus Berbohong
Darwin Arya adalah kompasianer yang ikut berkunjung ke kediaman Tawan bersama Agung Soni. Sama seperti ulasan di atas, melalui reportase Darwin Arya, kita lagi-lagi disuguhi kisah tentang Tawan dan lingkungan terdekatnya. Sebuah pendekatan kemanusiaan, yang barangkali sering kita lupa karena terlalu sibuk mencari celah kesalahan atas lengan robot yang telah Tawan ciptakan. (Simak artikel Darwin Arya berikutnya: Tawan Ciptakan Alat untuk dapat Hidup Normal)
"Kalau Pak Dosen bilang harus begini, pakai komponen ini itu, saya ngga bisa. Tambah pusing saya. Lagian, mana ada biaya untuk membeli alat-alat itu?" tukasnya.
3. Kisah Tawan "Iron Man Bali" Bukan tentang Teknologi
[caption caption="(Foto: asset Kompas / Tribun Bali)"]
Secara mekanik, elektronik, dan robotik, sangat mungkin tangan robot Tawan itu tidak nyata. Tapi jika kenyataannya tangan robot itu mampu membuat sugesti Tawan untuk tumbuh berkali-kali lipat dan akhirnya bisa bekerja untuk anak istrinya? Kenapa harus dibunuh semangatnya itu? Jangan sampai rasa penasaran publik ini menjadi hakim atas kejadian-kejadian yang sebetulnya tidak merugikan kita juga.
4. Fenomena Budaya Nyiyir Tanpa Karya
Kompasianer Tatas berpendapat bahwa saat arus informasi semakin mudah didapat, budaya berkomentar pun lahir. Tidak hanya mendapatkan, saat ini, orang juga dapat dengan mudah menyampaikan. Fenomena Tawan merupakan salah satu contohnya. Ia menjadi bahan nyiyiran netizen karena dianggap mengabarkan berita hoax, namun, banyak pula yang mengapresiasi kerja kerasnya tersebut.
Fenomena nyinyir, mengkritisi, mencari kesalahan tentang hidup dan karya orang lain, sepertinya sudah menjadi budaya baru untuk masyarakat negeri ini, terutama masyarakat yang memiliki kemudahan untuk berinteraksi dan mengakses internet.