Munir yang sejak muda langkah keberaniannya terbentuk dari kehidupan di pasar (menunggui kios sepatu milik keluarga) memang menjadikan orang yang ada di dalamnya hidup dalam tekanan, struggle dan sikap tak boleh menyerah.
Untuk urusan berkelahi pun, Munir pantang untuk mundur. Bersedia berkelahi dengan siapa saja yang menurutnya pantas untuk dilawan. Berani membela orang lain yang ditindas walaupun ia tak mengenalnya.
Jalan kehidupan Munir memang tampak berbeda dengan Mirna, korban yang meneguk kopi Vietnam, namun muara hidupnya nyaris sama yang terbunuh dalam bingkai kisah dengan zat kimia mematikan.Â
[caption caption="Shutterstock / Ilustrasi racun."]
7. Sianida Kata-kata
Hingga kini cerita utuh mengenai pembunuhan Mirna itu masih belum tuntas. Pemberitaannya pun demikian masif. Terkadang kata-kata seseorang yang masih diragukan kebenarannya mendapatkan publikasi layak sehingga tak dapat dibedakan lagi mana fakta, mana opini. Alhasil, cerita yang beredar di masyarakat menjadi simpang siur tak karuan.
Dalam tulisannya di laman Kompasiana, Yumei Sulistyo ingin menyampaikan bagaimana menyikapi sesuatu di era informasi tanpa batas ini. Dalam kondisi gonjang-ganjing informasi, kebenaran yang absurd masuk ke dalam otak manusia tanpa disadari. Hingga tanpa disadari otak selalu memilih jalan termulus dan lebih mudah, percaya dengan apa yang terpublikasikan.
Yumei mengungkapkan, rangkaian kata memang bersifat netral. Tapi, kata-kata bisa menjadi obat atau racun, tergantung niat orang yang menggunakannya. Seperti juga ilmu kimia, yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan atau malah bisa membunuh manusia.
Tentu kita berharap, agar sianida tak berubah wujud dalam rupa kasat mata dalam bentuk rangkaian kata dan berita yang beredar, yang mampu menghilangkan kejernihan jiwa untuk berpikir dalam menerima segala infomasi.
[caption caption="Dian Ardiahanni/Kompas.com Dermawan Salihin, Ayah Wayan Mirna Salihin (27) di Mapolda Metro Jaya, Jakarta pada Kamis (28/1/2016)."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H