Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Si Kancil yang Nakal itu Benar-benar Tak Diberi Ampun

25 Oktober 2015   16:43 Diperbarui: 26 September 2018   13:36 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penambangan pasir pantai di daerah itu menyebabkan air laut masuk ke darat dan menggenangi sebagian lahan sawah yang dikelola warga/Kompas Print

Tak hanya sadis, pembunuhan yang dialamatkan pada petani yang juga aktivis penolak tambang, Salim Kancil, begitu terlihat sistematis. Selain telah menangkap kepala desa setempat yang diduga kuat menjadi otak terselenggaranya pembunuhan, tiga anggota kepolisian pun tengah dikenakan pemeriksaan kode etik dan profesi terkait kasus ini, meskipun belum ada bukti kuat keterlibatan mereka. 

Kepolisian daerah Jawa Timur pun telah menangkap pengusaha tambang berinisial R atas dugaan kasus penambangan pasir illegal. Diduga kuat, kasus penambangan ilegal tersebut erat kaitannya dengan kasus pembunuhan Salim.

Merespon kejadian ini, pemerintah provinsi Jawa Timur buru-buru bertindak. Lewat wakil Gubernurnya, Gus Ipul, semua izin operasional penambangan di Jawa Timur akan dievaluasi. Langkah ini ditempuh untuk mencegah kejadian serupa di tempat lain.
Kepolisian terus bergerak mengembangkan penyelidikan kasus. Sampai pada hari Selasa (06/10), silam, total 37 orang telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus ini.

Lewat rubrik topik pilihan bertajuk “Pembunuhan Sistematis Salim Kancil” di Kompasiana.com, para kompasianer merespon isu ini dari berbagai medium pandangan. Dari sehimpunan tulisan yang masuk, tim kurator kompasiana mengkurasi hingga akhirnya menetapkan 11 artikel terpilih yang masuk dalam artikel kurasi topik pilihan Salim Kancil. 11 artikel yang kami pilih menyodorkan sudut pandang baru terkait fenomena mas kancil yang bisa dibilang jarang atau bahkan tidak ditemui gentre berita sejenis di media-media arus utama.

Terima kasih kami haturkan kepada kompasianer partisipan topik pilihan Salim Kancil. Sebagai bentuk apresiasi, terimalah hidangan kurasi dari kami. Selamat menikmati!

1. Pesan dari Salim Kancil dari akun kompasianer Zulfikar Akbar

Ilustrasi/Tribun Jateng
Ilustrasi/Tribun Jateng

Salim acapkali berkata kepada istrinya: "Aku ingin melawan. Aku ingin seperti Bung Karno." Pesan yang disampaikan Salim begitu jelas kentara, Bahwa, di tengah kesewenang-wenangan, maka yang dibutuhkan adalah orang yang berani melawan. Sekalipun mungkin, di tengah kebutuhan itu, tak ada yang menyatakan bahwa mereka membutuhkan itu--mungkin karena mereka tak berani atau alasan lainnya.

2. Gerak Cepat Bupati Lumajang Atasi Kasus Salim Kancil dari akun Kompasianer Isson Khoirul

kondisi alam akibat penambangan pasir di salah satu wilayah di pesisir selatan Kabupaten Lumajang. Kerusakan alam yang ditimbulkan sungguh tak sepadan dengan PAD Kabupaten Lumajang dari penambangan pasir yang hanya 75 Juta Rupiah per tahun/Kompas Print
kondisi alam akibat penambangan pasir di salah satu wilayah di pesisir selatan Kabupaten Lumajang. Kerusakan alam yang ditimbulkan sungguh tak sepadan dengan PAD Kabupaten Lumajang dari penambangan pasir yang hanya 75 Juta Rupiah per tahun/Kompas Print

Tak mau ketinggalan momentum, As’at Malik selaku Bupati Lumajang turun merespon cepat kasus Salim Kancil. Malik bakal menanggung seluruh biaya pengobatan Tosan, rekan Salim Kancil yang juga jadi sasaran penganiayaan. 

Biaya sekolah anak-anak Tosan dan anak-anak Salim Kancil turut ditanggung pemerintah kabupaten Lumajang. Langkah Bupati Malik dianggap tepat ketika sorotan publik menyorot kepada isu pembiaran kejadian pembunuhan terhadap Salim Kancil

3. Jika Salim Kancil adalah Bapakku dari Akun Kompasianer Wijatnika Ika

Meme dukungan untuk Salim Kancil yang mendadak viral di media sosial/serunai.co
Meme dukungan untuk Salim Kancil yang mendadak viral di media sosial/serunai.co

Apakah kamu membayangkan jika bapakmu adalah Salim Kancil? Apa yang akan kamu lakukan? Tragedi serupa Salim Kancil, meskipun berbeda-beda motif, adalah tragedy yang berulang. 

Semua tragedi selalu menunjukkan kemesraan antara pemerintah-pengusaha dan mengorbankan rakyat kecil dan lingkungan. Banyak gugatan di pengadilan dimenangkan pengusaha-pengusaha jahat alih-alih masyarakat yang jelas-jelas menjadi korban.

4. Salim Kancil Tak Mati, Ia Hanya Berpindah Raga dari akun Kompasianer Prilly Jeanaldi

Ketika Harga Nyawa Tak Semahal Tambang/ twitter @thebluemc
Ketika Harga Nyawa Tak Semahal Tambang/ twitter @thebluemc

Apa motif gerombolan penyiksa itu menghabisi hidup Salim Kancil? Apakah mereka ingin menghilangkan jejak-jejak kebenara yang telah kadung dibuat Salim dan kawan-kawan? Jika ya, sesungguhnya gerombolan itu telah salah. Kebenaran yang dihilangkan sebenarnya tidak lantas lenyap, kebenaran itu hanya bepindah ke dalam raga yang lain. Meskipun salim kancil lenyap secara raga tetapi kebenarannya tumbuh beribu ribu kedalam raga manusia yang lain.

5. Menguak Sisi Psikologis Otak Pembunuhan Salim Kancil dari akun Kompasianer Asaaro Lahagu

Haryono, Otak penyiksaan serta pembunuhan Salim Kancil/Courtesy MetroTV
Haryono, Otak penyiksaan serta pembunuhan Salim Kancil/Courtesy MetroTV
[/caption]

Haryono, Kepala Desa Selok Awar-awar, begitu terlihat tak tulus memimpin desanya. Yang tertanam dalam pikirannya malah sebaliknya. Obsesinya pada harta memang mengasah otak cerdiknya. 

Namun di lain sisi malah merusak akal sehat dan kepribadiannya. Haryono dengan tim 12 nya tak segan-segan mengeker penduduk desa yang dianggap mengganggu jalan mulusnya untuk memaksimalkan penambangan illegal di sana. Cara yang digunakan Haryono telah masuk kategori kejam. Ia menghabisi Salim Kancil di tempat umum, di depan penduduk desa yang lalu lalang. Cara yang ia anggap membuat gentar penduduk desa sekitar.

6. Bupati Lumajang Tak Becus Kelola Pemerintahan dari Akun Kompasianer Bambang Setyawan

Para tersangka pembunuhan Salim Kancil/Kompas.com
Para tersangka pembunuhan Salim Kancil/Kompas.com

Berbeda dengan akun kompasianer Isson Khoirul yang mengapresiasi gerak cepat Bupati Lumajang, dalam tulisannya Bambang Setyawan malah mengungkpakan kecewaannya tentang ketidakbecusan As’at Malik. Bambang mengutip kekecewaan yang dilontarkan Akbar Faisal, anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem, Bayangkan saja, apa bupati tak membuka matanya melihat 300 truk lalu lalang mengangkut pasir setiap hari, tapi PAD Lumajang dari hasil pasir itu hanya 75 juta pertahun saja!

7. Pilihlah Kepala Daerah yang Peduli Lingkungan dari akun Kompasianer Muthiah Al-Hassany

Ilustrasi/Kompas Properti
Ilustrasi/Kompas Properti

Menjelang pilkada serentak desember mendatang, Salim Kancil sebenarnya memberikan pelajaran untuk kita: pilihlah kepala daerah yang peduli lingkungan, yang tidak tersandera utang-utang politik dari pengusaha-pengusaha hitam yang telah memodalinya selama masa kampanye.

8. 7 Fakta Penyebab Salim Kancil Tewas dari akun kompasianer Bambang Setyawan

Aksi mengutuk Pembunuhan Salim Kancil/Tribunnews.com
Aksi mengutuk Pembunuhan Salim Kancil/Tribunnews.com

Salim Kancil bersama kawan-kawan penolak aktivitas tambang sebenarnya telah membuat laporan kepada polisi karena tindakan ancaman pembunuhan yang dikenakan kepada mereka. Sampai pada hari eksekusi Salim Kancil, sebenarnya ada mobil patrol polisi melewati tempat kejadian perkara. Namun, tanpa alasan yang jelas, mobil itu hanya melengos saja.

9. Salim Kancil Mencetak 10 Hektar Rawa Menjadi Sawah dari Akun Kompasianer Isson Khoirul

Penambangan pasir pantai di daerah itu menyebabkan air laut masuk ke darat dan menggenangi sebagian lahan sawah yang dikelola warga/Kompas Print
Penambangan pasir pantai di daerah itu menyebabkan air laut masuk ke darat dan menggenangi sebagian lahan sawah yang dikelola warga/Kompas Print

Dari Salim Kancil, kita bisa belajar, bagaimana mengolah rawa di pesisir pantai, menjadi lahan pertanian. Setelah ia dibunuh pada Sabtu (26/9/2015) lalu, kita harus tahu, Salim Kancil sesungguhnya inovator pertanian yang mengagumkan. 

Menurut cerita Tijah, istri Salim Kancil, yang kabarnya juga buta huruf, ke-40 warga desa itu berhasil menciptakan 10 hektar lahan sawah baru di pesisir Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Nah, sawah yang menjadi sumber penghidupan sedikitnya 40 kepala keluarga itulah yang rusak dan hancur akibat penambang pasir di sana.

10. Blusukan ke TKP Salim Kancil dari akun kompasianer Teguh Haryawan

Desa Selok Awar-awar/Teguh Haryawan
Desa Selok Awar-awar/Teguh Haryawan

Lumajang tempo dulu pernah punya cerita kelam. Kala itu, bala tentara Hayam Wuruk berjuang habis-habisan melawan balatentara Majapahit lantaran perselisihan dan intrik diantara para ksatria dan pendiri Majapahit. 

Diawali runtuhnya benteng Lumajang di Pajarakan dan Gending, sampai akhirnya kota Lumajang pun luluh lantak. Lumajang hari ini pun demikian, geger oleh kasus perselisihan dan intrik antara kaum penolak tambang dengan kaum yang memanfaatkan profit dari kekayaan tambang. Tepat satu tahun lalu, kompasianer Teguh Haryawan, malah berkesempatan blusukan ke desa tempat Salim Kancil tinggal.

11. Sebuah Puisi Tentang Cerita Kancil dari akun Kompasianer Andi Wi

Ilustrasi Si Kancil dan Buaya/erlinwe.wordpress.com
Ilustrasi Si Kancil dan Buaya/erlinwe.wordpress.com

Andi Wi tak neko-neko membuat syair untuk Salim Kancil. Ia hindarkan puisi berbait-bait nan panjang. Ia jauhkan puisi narasi yang terkadang membuat orang bingung untuk membedakan: mana puisi mana cerita pendek. Ia luputkan kata-kata sulit dalam syairnya ini. Andi Wi hanya mendoakan Salim. Berikut petikan doanya:

Apapun itu,
Kami doakanmu, sebanyak-banyaknya
seperti halnya kata-kata
di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
'barang siapa.'
Tidurlah yang nyenyak, Cil.
Soal buaya, biar kami yang ikat dan tangani.
Tidurlah... Seperti bayi yang tak tahu.
Apa itu mati.

 ***

Layaknya sepenggal lagu jaman kita kanak-kanak "Si kancil anak nakal, suka curi-curi ketimun, ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun", nasib Salim Kancil kurang lebih sama. "Kenakalan" yang ia tujukan demi kebaikan alam dan orang banyak itu nyatanya tak diberi ampun juga.....

Alvi Anugerah, Kurator Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun