[caption id="attachment_417771" align="aligncenter" width="538" caption="9 Tanda Kepedulian Kompasianer terhadap Sepakbola Indonesia"][/caption]
Di Indonesia, Jika bicara tentang sepak bola, suka atau tidak suka kita akan berbicara tentang euforia masa lalu, prestasi yang kurang maksimal, dan janji akan perubahan-perubahan yang belum jelas. PSSI, instansi yang menaungi persepakbolaan Indonesia belum benar-benar memberikan solusi atas carut-marutnya persepakbolaan di Indonesia.
Sejarah panjang sudah mengiringi perjalanan PSSI mulai dari konflik internal sampai dengan eksternal, ketidakseriusannya dalam mengelola Liga Nusantara sampai dengan pengendalian skor dan isu suap. Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa hadirnya pemimpin baru (Ketua) tidak menghasilkan perubahan yang berarti dalam tubuh PSSI.
Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan dibekukannya PSSI oleh Menpora. Kita tentu paham bahwa setiap tindakan pelarangan tentu ada sebab dan akibatnya. Adapun alasan pembekuan PSSI berdasarkan isi SK Menpora adalah PSSI secara de facto dan de jure sampai dengan tenggat batas waktu yang telah ditetapkan melalui tiga teguran tertulis, PSSI secara sah dan meyakinkan telah terbukti mengabaikan dan tidak mematuhi kebijakan Pemerintah melalui Teguran Tertulis.
Kisruh antara Menpora dan PSSI (yang entah sudah keberapa kalinya) adalah rangkaian panjang yang tidak mengenakkan dalam sejarah persepakbolaan lokal.
Kecintaan masyarakat kita akan sepak bola –salah satunya- tercermin atas banyaknya respons mengenai pembekuan PSSI oleh Menpora. Dualisme pendapat antara Pro dan Kontra pun muncul di masyarakat. Begitu juga para blogger, Kompasianer yang-hampir sekitar 100-an tulisan- menanggapi pembekuan PSSI oleh Menpora.
Berikut adalah 9 artikel yang bernas tentang #pssidibekukan
(Urutan bukanlah Rangking penilaian, hanya cara untuk mempermudah penjabaran)
1. PSSI Dibekukan, Kemenangan Sepak bola Indonesia!
[caption id="attachment_417770" align="aligncenter" width="540" caption="PSSI Dibekukan, Kemenangan Sepak bola Indonesia!"]
Kompasianer Radhea Heqamudisa melalui tulisannya ini, selain menjabarkan sejarah panjang sepak bola lokal dengan bernas, ia juga merespons dengan gembira atas dibekukannya PSSI. Ia berpendapat bahwa sejak awal berdirinya, PSSI dipimpin oleh orang-orang politik yang hanya berkhayal dan berjanji mampu menjadi pahlawan dalam perubahan sistem persepakbolaan di Indonesia. Kejadian-kejadian beberapa bulan sebelumnya yang dilakukan PSSI, seperti melenyapkan Persebaya (1927), Persibo Bojonegoro dan Persema Malang dalam kancah Liga Nasional berbuntut pada protes besar-besaran oleh para supporter. “Dan kejadian dibekukannya PSSI oleh Menpora adalah kemenangan bagi sepak bola Indonesia”.
2. PSSI Dibekukan: Puncak Kamikaze Prestasi Nurdin, Djohar, La Nyala, dan Perlindungan Statuta FIFA
[caption id="" align="aligncenter" width="502" caption="PSSI Dibekukan: Puncak Kamikaze Prestasi Nurdin, Djohar, La Nyala, dan Perlindungan Statuta FIFA"]
Dari judulnya saja tentu kita sudah menerka, rincian apa yang akan dibahas oleh Kompasianer Ninoy N Karundeng ini. Baginya, pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nachrowi, merupakan puncak kamikaze prestasi jeblok pengurus-pengurus PSSI. Komisi Transisi PSSI akan mengambil alih aktivitas PSSI. La Nyala tidak peduli. Perlawanan dilakukan oleh PSSI. Konsekuensi pembekuan oleh pemerintah ini adalah PSSI tidak bisa beraktivitas atas nama Indonesia. Atas keputusan itu, dipastikan bahwa PSSI tidak dapat mengikuti Sea Games, Piala Asia, dan kualifikasi Piala Dunia, dan sebagainya. Apa yang akan dilakukan oleh PSSI selain kamikaze alias bunuh diri dengan menantang Menpora dan berlindung atas nama Statuta FIFA? Mari kita telaah kisruh PSSI ini dengan hati riang gembira senang sentosa selamanya.
3. Punya Ketua Umum Baru, PSSI Malah dibekukan
[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Punya Ketua Umum Baru, PSSI Malah dibekukan"]
Para Kompasianer tentu tahu siapa Kompasianer yang satu ini, ia adalah AF Yanda, Kompasianer yang fokus tulisannya tentang berita olahraga, khususnya sepak bola. Dalam tulisannya ini, ia menjelaskan drama kisruh sepak bola Indonesia yang kembali berlanjut pasca diabaikannya surat teguran yang dilayangkan kepada PSSI, Kementrian Pemuda dan Olahraga resmi membekukan kepengurusan PSSI, Sabtu 18 April 2015 berdasarkan surat bernomor 01307 tahun 2015 yang ditandatangani langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.
Inti dari surat yang dikeluarkan oleh Menpora tersebut adalah pemberian sanksi administratif berupa tidak diakuinya seluruh kegiatan keolahragaan di bawah bendera PSSI. Segala kegiatan yang berhubungan dengan Kompetisi Liga Indonesia dan juga Tim Nasional sementara diserahkan kepada KONI dan KOI yang akan bekerja sama dengan pemerintah, sampai Kemenpora membentuk kembali kepengurusan PSSI yang baru.
4.Katanya “Tak Peduli” Kok Road Show ke Menpora, KONI, DPR & Menko PMK?
[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Katanya “Tak Peduli” Kok Road Show ke Menpora, KONI, DPR & Menko PMK?"]
Respons #pssidibekukan tidak berhenti/hanya ramai ketika pernyataan Menpora muncul tanggal 18 April lalu terhadap PSSI, ini terus berlanjut dan melahirkan kritikan-kritikan yang tentunya merupakan tanda kepeduliaan kita terhadap sepak bola Indonesia.
Hery dalam artikel Katanya “Tak Peduli” Kok Road Show ke Menpora, KONI, DPR & Menko PMK?,menguraikan blunder komunikasi La Nyalla dalam merespons tindakan Kemnpora terhadap PSSI. La Nyalla berpendapat bahwa Imam Nachrowi (Kemenpora) tidak punya hak untuk membekukan PSSI, dan menurutnya, yang berhak membekukan PSSI hanya Fifa. Jika dirunut sebenarnya, apa yang dinyatakan oleh La Nyalla merupakan kesalahan fatal, sebab PSSI hanya otoritas cabang olahraga tertinggi yang hanya memegang sepak bola dan berada di bawah naungan KONI, sedangkan KONI seperti yang kita tahu, adalah organisasi di bawah lindungan KEMENPORA dan KEMENPORA notabene adalah Kementerian yang bertugas khusus menangani pemuda dan Olahraga di Republik Indonesia ini.
5 Menjawab Logika Jongkok PSSI dan La Nyalla
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Menjawab Logika Jongkok PSSI dan La Nyalla"]
6.Pasca Dibekukan, Kompetisi ISL Bakal Dibiayai oleh Negara
[caption id="" align="aligncenter" width="567" caption="Pasca Dibekukan, Kompetisi ISL bakal Dibiayai oleh Negara"]
Dalam artikel ini, Himam Miladi berusaha menafsir SK Menpora terkait nasib Liga Indonesia Indonesia selanjutnya. Himam menjabarkan bahwa dalam poin keenam SK pembekuan PSSI disebutkan bahwa“Biaya yang timbul akibat ditetapkannya SK Menpora ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA Kementrian Pemuda dan Olahraga tahun anggaran 2015″.
Sudah tentu ada akibat dari pembekuan PSSI tersebut, sebagaimana tercantum pada poin keempat (c), yang menyebutkan bahwa“seluruh pertandingan ISL 2015, Divisi Utama, Divisi Satu, Divisi II dan Divisi III tetap berjalan sebagaimana mestinya dengan supervisi KONI/KOI, Asosiasi Provinsi dan klub peserta”. Dapat kita pahami bahwa ke depannya, Liga Indonesia akan dibiayai oleh pemerintah daerah melalui APBD padahal menurutnya, itu sangat bertentangan dengan poin keenam SK Menpora jelas-jelas menabrak aturan Permendagri no 1 tahun 2011 tentang larangan penggunaan APBN/APBD bagi kompetisi profesional. Bagaimana mungkin negara akan membiayai kompetisi sepak bola profesional? Himam Miladi juga sudah lama mengomentari awal mula wacana #bekukanPSSI muncul sekitar akhir 2014 lalu. Salah satunya dalam artikel #BekukanPSSI bukan solusi cerdas untuk sepak bola Indonesia.
7. Menelisik Keputusan Menpora untuk PSSI
[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Menelisik keputusan Menpora untuk PSSI"]
8. PSSI Beku, FIFA Tunggu Pemerintah Tegakkan Hukum Indonesia
[caption id="" align="aligncenter" width="545" caption=" PSSI Beku, FIFA Tunggu Pemerintah Tegakkan Hukum Indonesia"]
Setelah #pssidibekukan oleh Menpora, FIFA berharap kepada Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan pembenahan secara hukum. Momen ini dijadikan ajang bersih-bersih birokrasi dan bentuk Revolusi Mental dalam tubuh PSSI. Bangsa Indonesia telah sepakat dan berkomitmen menyerahkan kegiatan sepak bola ditangani oleh PSSI satu satunya di bawah organisasi sepak bola international satu-satunya FIFA. OIeh karena itu, bangsa Indonesia memiliki kedaulatan langsung terhadap setiap kegiatan yang dilakukan oleh PSSI/FIFA, dengan menuntut keterbukaan keuangan dan transparansi pengelolaan sepak bola.
Pertanggungjawaban FIFA/PSSI kepada bangsa Indonesia merupakan kewajiban yang mengikat, bahwa setiap sen pengeluaran dan penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan secara terbuka. Maka, perangkat hukum dan pemilikan kedaulatan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia pantas digunakan untuk mengawasi kinerja PSSI secara menyeluruh.
Zen Muttaqien mencoba menyuguhkan dan mengajak kita tentang tindak lanjut perkembangan sepak bola di Indonesia setelah dibekukan, langkah apa yang harus dan akan diambil demi kebaikan perubahan bersama.
9. Benarkah Keputusan Menpora terhadap PSSI
[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Benarkah Keputusan Menpora terhadap PSSI"]
Jamaan-jamaan mencoba membagi dua pandangan perihal kekisruhan ini, ada 3 poin penting. Pertama, bila ditinjau secara kewenangan sah-sah saja, akan tetapi tidak sesuai dan bertolak belakang dengan Undang-undang Olaraga Nasional di samping pembekuan tersebut sudah agak kedaluwarsa. Kedua, bila ditinjau dari sisi etika organisasi atau lazimnya sebuah keorganisasian, Keputusan Kemenpora membekukan PSSI bersama Pengurus pada hari Jum at tanggal 17 April 2015 sore, kurang berarti karena secara moral semua pengurus PSSI 2011 – 2014 sudah demisioner serta mandat organisasi ada di tangan panitia PEMILU (KLB) dan Vouter (pemilik suara). Dan ketiga asal-muasal pembekuan PSSI bersama Pengurus juga tidak relevan, kalau hanya berdasarkan ada dua klub peserta ISL QNB yang tidak lolos verifikasi profesional dari BOPI yang bermasalah dengan legalitas kepemilikan yang merupakan ranahnya Menkumham dalam legalitas Perseroan Terbatas (PT) atau Undang-undang Perseroan Terbatas.
Ada banyak cara yang dilakukan orang untuk menunjukkan kepedulian tentang fenomena yang sedang terjadi, salah satunya dengan tulisan.
Bangsa Indonesia punya sejarah panjang tentang sepak bola dan kecintaan masyarakatnya akan olahraga sepak bola juga tinggi, maka tidak heran, bahwa ada 2 hal yang mampu mempersatukan masyarakat Indonesia. 1, bencana alam dan yang kedua, adalah sepak bola. (SAN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H