[caption id="attachment_416132" align="aligncenter" width="630" caption="Mario dalam Reka Ulang Adegan Menerobos Pagar Bandara Sultan Syarif Kasim II, Riau/Tribunnews.com"][/caption]
Setelah ketahuan menjadi penumpang pesawat ilegal karena berada di rongga roda pesawat Garuda Indonesia selama proses penerbangan, Mario Steven Ambarita (21) kembali mengundang berita unik karena kelakuannya yang nyentrik. Secara tak sengaja, Mario ditemui sedang berada di Bandara Kualanamu, Medan. Tak mau kejadian serupa seperti di Riau terulang, petugas bandara setempat dengan sigap mengamankan Mario.
Begitu kiranya intisari dari hiruk pikuk pemberitaan media massa menanggapi aksi anomali Mario. Berita Mario demikian tak hanya ramai di media arus utama. Kompasiana sebagai platform media warga turut merekam tujuh komentar berbentuk artikel paling menarik dari warga yang mengomentari peristiwa langka nan berbahaya itu. Ini dia artikel-artikelnya.
1. Mario Sang Penyusup Pesawat Diduga Kuat Akan Ulangi Perbuatannya
Menghilang sejak 17 April 2015 dari rumahnya, Mario ditemukan di Bandara Kualanamu, Medan. Kompasianer Bambang Setyawan menduga kuat bahwa Mario akan mengulangi perbuatannya menyusup pesawat lagi. Petugas keamanan bandara yang tak ingin kejadian itu terulang lantas mengamankan Mario. Diketahui melalui sumber terkait, Mario melewati perjalanan darat untuk sampai ke bandara megah di Medan itu.
2.Mario Adalah Bukti Rapuhnya Sistem Keamanan Bandara
Dalam artikel ini, Kompasianer Tjiptadinata membuat langkah urut penumpang yang akan menumpang pesawat terbang. Dari kronologi yang dibuat, mustahil insiden penyusup pesawat ini bisa terjadi. Insiden ini dengan "gambling" membuktikan bahwa sistem keamanan bandara di Indonesia harus banyak melakukan pembenahan mengingat kejadian Mario bukan merupakan kejadian pertama di Tanah Air.
3.Penertiban ID Pass Bandara Harus Diperketat
Kasus lolosnya Mario dari penjagaan petugas daerah steril bandara sangat mungkin dilakukan dengan berbagai modus. Salah satunya adalah penyalahgunaan ID Pass Bandara. Kartu bebas masuk daerah steril bandara yang diterbitkan oleh kantor otoritas bandara itu memungkinkan seseorang untuk menjemput tamu ataupun masuk ke daerah VIP. Tanpa adanya pemutakhiran sistem, ID tersebut rentan disalahgunakan dan bukan tak mungkin peristiwa serupa Mario akan terulang.
[caption id="attachment_416131" align="aligncenter" width="600" caption="Rekonstruksi Adegan Mario Melompati Pagar Bandara Sultan Syarif Kasim II, Riau/Antaranews.com"]
4.Awas! Perbuatan Mario Bisa Ditiru Orang Lain!
Pemberitaan bertubi-tubi tentang Mario sang penyusup pesawat ini dikhawatirkan Kompasianer Muthiah bakal menginspirasi kejadian serupa di kalangan kawula muda. Jiwa anak muda yang panjang angan dan dipenuhi mimpi di satu sisi adalah hal positif. Namun, sikap sembrono dan tergesa-gesa justru yang jadi kekhawatiran Muthiah.
5.Andai Mario Sang Penyusup itu Bertemu dengan Mario Teguh…
Kompasianer Thamrin Dahlan mengandaikan pertemuan Mario “penyusup” dengan Mario sang motivator tersohor itu terjadi. Maksudnya adalah mengarahkan keinginan serta impian besar yang ada dalam diri Mario “penyusup” itu berorientasi positif.
6.“Menteri Jonan, Untung Saja Mario Bukan Teroris, Ya!”
Tanpa ada gangguan dari pihak lain saja, manajemen penerbangan di Indonesia masih harus melewati banyak fase perbaikan. Pekerjaan rumah Otoritas bandara dan dalam hal ini Kementerian Perhubungan bertambah setelah insiden Mario terjadi. Untung saja Mario hanyalah rakyat jelata yang memendam rasa yang ingin bertemu pemimpinnya. Bayangkan, bagaimana jika Mario adalah teroris?
[caption id="attachment_416134" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kompas.com"]
7.Surat untuk Jokowi: Ampuni dan Bebaskan Mario!
“Tingkah laku anomali Mario ini justru tidak patut dihukum. Tingkah laku Mario demikian karena mentalnya yang belum direvolusi,” begitu tulis Kompasianer Simon Manalu seraya menyindir Presiden Jokowi. Lebih lanjut lagi dalam artikelnya, Simon memaparkan bahwa kejadian Mario hendaknya jadi refleksi bagi pemerintahan Jokowi untuk mengingat masih tingginya angka kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan. Dan Mario adalah representasi dari dua aspek itu.
Terlepas dari aspek hukum maupun aspek sosiologi yang melingkupi, bukankah setiap perbuatan yang telah dilakukan pasti mendapatkan ganjaran? Bukankah begitu, Kompasianer? (APA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H