Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

14 Puisi Paling Populer di 2014!

31 Desember 2014   00:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_387206" align="aligncenter" width="540" caption="Kanal Fiksi Kompasiana"][/caption]

Selain berbagi opini dan ulasan, memposting karya puisi menjadi salah satu kegiatan yang digemari di Kompasiana. Selama tahun 2014 sendiri, ada sekitar 15.506 puisi telah terpublis dan banyak dari karya ditulis berdasarkan inspirasi yang didapat Kompasianer dari isu terkini. Debat capres, pernyataan politisi, hingga penutupan Gang Dolly menjadi beberapa contoh di antaranya.

Namun, tak hanya menyajikan puisi dengan bahasan aktual, banyak pula Kompasianer yang memposting karya puisi mereka dengan gaya penulisan puisi tertentu, seperti bentuk puisi kontemporer, puisi lama bentuk pantun, hingga sajak gurindam.

Dari belasan ribu puisi di Kompasiana, judul puisi mana saja kah yang populer di Kompasiana? Berikut ulasannya;

1. Jokowi Tak Berkutik

[caption id="attachment_387203" align="aligncenter" width="313" caption="Jokowi (Kompas.com)"]

14199261191108008079
14199261191108008079
[/caption]

"ternyata oh ternyata
makna penguasa berbeda beda
pemangku negeri itu tak semua sama visi misinya
duduk di kursi atau blusukan sebagai etos kerja
bersusah payah tak semuanya mau dan suka
"

Ditulis oleh Kompasianer Rahab Ganendra, puisi yang menceritakan tentang ketidakberdayaan Jokowi saat menghadapi kritik seputar Jakarta. Melalui puisinya, Rahab menyatakan dukungannya terhadap Jokowi yang masih menjabat sebagai Gubernur, bahkan di akhir puisi, Rahab menyatakan bahwa Jokowi cocok untuk duduk sebagai orang nomer satu di Indonesia.

Puisi ini ditulis di bulan Januari, dengan jumlah penikmat sebanyak 4573, dengan raihan rating sebanyak 28. dan komentar sebanyak 84 buah komentar.

2. Sang Ustaz Muda yang Keblinger

[caption id="attachment_387200" align="aligncenter" width="332" caption="Ilustrasi-Tumpukan uang (wartakota.tribunnews.com)"]

14199260261002198829
14199260261002198829
[/caption]

"mereka ustaz-ustaz muda
jika belum ngetop tak pasang tarif, "pokoknya seikhlasnya deh!" katanya lugu
tapi, jika sudah top markotop sentolop, tarifnya pun jadi berjut-jut, bikin terkejut, jut, jut, jut sampe benjut, jut, jut
kata mereka, pongah, 'rating ane tinggi, jam terbang ane sudah melebihi buroq, bayaran ane setara artis dangdut goyang koplo, lagian segini hari mana ada yang gratis?! haramlah itu coeyyyy!'"

Puisi "menyentil" ini ditulis dengan gaya bertutur oleh Kompasianer Arie Boediman La Ede. Melalui puisinya ini, Arie mengemukakan kekecewaannya terhadap tingkah pongah ustadz-ustadz muda yang hanya berdakwah jika bayaran yang ditawarkan sesuai keinginan. Karena bahasannya yang mewakili banyak opini Kompasianer, puisi ini mendapat respon positif hingga mendapat cukup banyak rating "menarik" dan "inspiratif"

3. Sajak untuk Tuan Prabowo dan Fadli Zon


[caption id="attachment_387188" align="aligncenter" width="330" caption="Prabowo dan Fadli Zon (kompas.com)"]

1419924446239796390
1419924446239796390
[/caption]

"Tahu apa kalian tentang kami?

Tahu apa kalian tentang kemiskinan?

Tahu apa kalian tentang kelaparan?

Tahu apa kalian tentang hidup serba kekurangan?

Tidak!"

Puisi bernada marah ini ditulis oleh Kompasianer Rakyat Biasa. Seperti Arie Boediman, akun ini juga mengungkapkan kekecewaannya melalui puisi dan puisi ini ditujukan oleh Prabowo serta Fadli Zon yang saat itu tengah mewarnai panggung pilpres. Meski memberi kesan membakar, puisi ini berhasil menarik perhatian seribu lebih pembaca Kompasiana dan meraih 25 rating dari kategori inspiratif, menarik, dan aktual.

4. Sukses Itu Ala Gus dur, Van Gogh, Bob Sadino, Enstein Atau Ala Siapa Nak?

[caption id="attachment_387191" align="aligncenter" width="319" caption="Gus dur (www.tribunnews.com)"]

14199248711353858518
14199248711353858518
[/caption]

"Menurutmu, sukses itu apa, nak?
Apa tandanya bahwa seseorang sukses?

Orang sukses itu kelihatan serius?
Mari kita berkenalan dengan Gus Dur, nak.
Beliau cengangas-cengenges dan sering mengampangkan masalah,
tapi banyak yang menganggap beliau orang sukses.."

Puisi ini dikemas menarik oleh Kompasianer Velyzega. Selain memiliki isi yang penuh nasehat, melalui puisinya, Velyzega menjelaskan bahwa untuk menjadi orang sukses, kita tak selalu harus berlaku serius, memiliki "otak waras", dan dianggap pintar banyak orang.  Velyzega membawa nama tokoh-tokoh besar seperti Gus Dur, Van Gogh, Bob Sadino dan ilmuwan penemu teori gravitasi, Enstein. Puisi ini menarik dan penuh pesan moral, sehingga meraih rating sebanyak 29 untuk kategori puisi inspiratif dan bermanfaat.

5. Aku Diperkosa!

[caption id="attachment_387194" align="aligncenter" width="309" caption="Penjual sapu (kompasiana.com/Nanang Diyanto)"]

1419925505756011198
1419925505756011198
[/caption]

"aku kasta jelata
hidup di pemerintahan boneka
tiap hari peras keringat banting tulang kerja
cukupi kebutuhan perut makan saja..."

Puisi selanjutnya kembali datang dari peraih penghargaan "Best in Fiction 2014", Rahab Ganendra. Di puisi dengan judul mengundang rasa penasaran ini, Rahab menjelaskan bahwa kini banyak rakyat Indonesia tengah diperkosa oleh sistem pemerintahan yang berpaling dari kepentingan rakyat. Gaya penulisan Rahab disukai banyak Kompasianer karena fiksianer yang rajin menulis di rubrik puisi dan kuliner ini pandai memilih kosakata dan membentuk rima di tiap bait puisinya.

6. Awasi Jokowi, Kita Bukan Kerbau Dungu

[caption id="attachment_387192" align="aligncenter" width="336" caption="Jokowi (kompas.com)"]

1419925093413160362
1419925093413160362
[/caption]

"Pemerintah Jokowi sebentar lagi
Semua ingin jadi menteri
Semua bilang ingin berbakti mengabdi
pada Ibu Pertiwi

Parpol koalisi saling berebutan
menghendaki sebuah jabatan
mendekat ke pusat kekuasaan
persatuan pun diatasnamakan..."

Puisi dengan diksi akhir membentuk rima ini ditulis oleh Kompasianer Mas Wahyu. Lewat puisinya, Mas Wahyu mengajak kita untuk terus mengawasi Jokowi yang saat itu diperkirakan meraih perolehan suara yang cukup untuk membawanya menjadi orang nomer satu di Indonesia. Tak hanya itu, Mas Wahyu juga berpesan agar kita juga tak berpaling dari gerakan para politisi haus kekuasaan. Puisi ini dinikmati cukup banyak penikmat fiksi sehingga berhasil dibaca sebanyak 1708 kali dan meraih perolehan rating sebanyak 48 bintang untuk kategori aktual dan menarik.

7. Korban Iri Hati


[caption id="attachment_387205" align="aligncenter" width="314" caption="Ilustrasi (shutterstock)"]

14199264111216463798
14199264111216463798
[/caption]



"Tak perlu minder ketika orang-orang mengatakan: "You are nothing"
Tapi cobalah diam-diam melakukan hal yang baik tanpa mereka ketahui secara konsisten
Sehingga tiba saatnya kau berubah dari
nothingmenjadi something..."

Puisi ini ditulis oleh Akun Kompasianer Adik Manis. Isi puisi dimaksudkan untuk menyemangati orang-orang yang dalam keadaan terpuruk dan minder dan menghindari mereka untuk menjadi si korban iri hati. Sesuai dengan pesan yang bisa kita ambil dari  tiga bait pertamanya, keseluruhan puisi berisi nasehat untuk tidak menyerah dan menjadikan pandangan remeh orang lain sebagai penyemangat untuk hadapi rintangan. Puisi ini  disukai banyak Kompasianer hingga berasil meraih 39 rating dengan kategori menarik dan inspiratif.

8. Bangunlah Tuan

[caption id="attachment_387193" align="aligncenter" width="345" caption="Prabowo (kompas.com)"]

1419925168382876248
1419925168382876248
[/caption]

"Mengapa Tuan pulang lebih awal?
Padahal nama Tuan disebut lebih dulu dalam pesta itu...
Mengapa Tuan pulang tanpa pamit lagi?
Disaat semua orang bersuka cita menyambut bintang pesta malam itu..."

Karya puisi lain dengan isu aktual sebagai inspirasinya. Ini adalah karya puisi yang ditulis oleh Kompasianer Mike Reyssent yang dibuatnya setelah Prabowo menyatakan bahwa ia dan pasangannya, Hatta Rajasa mundur dari proses penghitungan suara yang diadakan Komisi Pemilihan Umum. Puisi menggelitik ini berhasil meraih perolehan rating sebanyak 37 buah dengan kategori aktual, menarik, dan inspiratif.

9. Anak Garuda...


[caption id="attachment_387187" align="aligncenter" width="348" caption="Ilustrasi-Veteran (kompas.com)"]

1419924160165745098
1419924160165745098
[/caption]

"Sembilan puluh tahun lalu. Aku di hutan-hutan itu.
Di antara desingan peluru, di antara pengungsi.
Dulu. Aku membunuh kolonial demi sejengkal tanah.
Itu harus aku lakukan, karena, tujuan kedaulatan..."

Puisi tentang perjuangan ini ditulis oleh Kompasianer Tasch Taufan. Gaya penyampaian yang menarik dan bahasan yang kaya makna membuat puisi karyanya disukai oleh banyak pembaca Kompasiana. Selain itu, puisi yang dipublikasi pada tanggal 17 Agustus ini juga berhasil mewakili sudut pandang para pahlawan yang dulu berjuang untuk kebebasan.  Jumlah rating yang berhasil diraih sebanyak 58 buah untuk kategori inspiratif, aktual, dan menarik.

10. Puisi Eneggg!!!

[caption id="attachment_387186" align="aligncenter" width="350" caption="Ilustrasi-Dramaturgi Pemilu (nasional.kompas.com)"]

14199240351949788778
14199240351949788778
[/caption]

“Pemilu dah lewat

Presiden resmi pun t’lah mendapat amanat

Masih saja kebencian itu kau umbar laksana aurat

Tiada hari tanpa hujat

Tiada menit tanpa umpat…”

Puisi ini adalah karya dari Kompasianer dari Planet Kenthir, Bain Saptaman. Melalui puisinya, Bain mengungkapkan kekecewaannya atas keadaan panas yang masih terasa meski pemilu presiden telah usai, dan presiden RI yang baru telah dipilih. Karena ditulis dengan jujur dan pilihan diksi yang unik, puisi ini berhasil meraih rating  sebanyak 35 untuk kategori aktual, menarik, dan inspiratif.

11. Wiji, Puisi yang Tak Selesai


[caption id="attachment_387184" align="aligncenter" width="358" caption="Wiji Thukul (wartakota.tribunnews.com)"]

14199239181977787096
14199239181977787096
[/caption]

"Aku mengeja Wiji diantara buku dan televisi

Lalu melihat Wiji seperti susu dalam kopi

Hidupnya yang putih ditelan oleh hitamnya sejarah negeri

Kisahnya seolah hanya pemanis wacana tegaknya demokrasi..."

Puisi yang menceritakan kisah sendu aktivis Wiji Thukul ini ditulis oleh Kompasianer Akbar Bahar. Melalui puisinya, Akbar menggambarkan betapa kisah Wiji kini telah tergerus zaman dan terlupakan. Puisi Akbar berhasil menyedot perhatian pembaca Kompasiana dan meraih rating sebanyak 31 buah untuk kategori inspiratif, menarik, dan aktual.

12. Doa untuk Gaza

[caption id="attachment_387181" align="aligncenter" width="340" caption="Gaza, Kompas.com"]

14199236811144556108
14199236811144556108
[/caption]

"Duhai yang Maha Besar
kenapa tidak Kau tunjukkan saja diriMu
kenapa tidak Kau buktikan kebesaran-Mu
agar ke-Maha-anMu tak lagi samar dalam nyata
agar wujud-Mu tak hanya sebatas khayalan kami saja..."

Karya puisi ini ditulis oleh Kompasianer Erri Subekti sesaat setelah berita tentang serangan kesekian kalinya terhadap Gaza terlihat di laman facebooknya. Melalui puisinya, Erri meminta kepada Tuhan agar segera menunjukkan kebesarannya dan menolong anak-anak serta penduduk yang menjadi korban terror di Palestina. Doa Erri melalui puisi juga mewakili doa ratusan Kompasianer dan karya ini berhasil meraih 24 rating untuk kategori inspiratif dan aktual.

13. Putri Indonesia

[caption id="attachment_387177" align="aligncenter" width="337" caption="Aloysius Budi Kurniawan/Kompas.com"]

141992351321566949
141992351321566949
[/caption]

"Kagum aku,
Budi bahasamu tak halus namun tegas
Suaramu keras bangunkan lelaki malas
Telapak tanganmu kasar tanda pekerja keras
Langkah kakimu cepat kobarkan api semangat
Cerminan bukan ras wanita manja sosialita
Bukan juga cerminan keturunan putri raja
Kau itu permata langka inspirasi Indonesia..."

Rangkaian kata indah dan gambaran seorang wanita selalu menjadi paduan yang sempurna untuk dituangkan sebagai puisi. Puisi yang satu ini ditulis oleh Kompasianer Den Bhaghoese. Ia menggambarkan sosok sempurna putri Indonesia yang tangguh tapi anggun, memiliki tangan pekerja tetapi memiliki wujud jelita. Puisi ini menarik banyak pembaca dan berhasil meraih rating sebanyak 30 bintang untuk kategori inspiratif dan menarik.

14. Sobat di-K


[caption id="attachment_387179" align="aligncenter" width="330" caption="Kompasiana.com"]

1419923555486312586
1419923555486312586
[/caption]



"Di sini aku menemukan banyak cinta.
Di sini aku menemukan keramahan Indonesia.
Di sini aku menemukan penulis-penulis berita.
Di sini aku bersahabat dari jagad mana saja.

Kompasianer-di Kompasiana. Gelombang pemberi makna.
Aku tidak bisa menyebut satu persatu kebaikan itu.
Keramahan itu, adalah kehormatan itu, kebersamaan itu.
Saling belajar. Aku sebut nama itu karena ia adalah cinta.."

Sebagai penutup kaleidoskop puisi popular Kompasiana 2014, berikut ini adalah karya puisi dari Tasch Taufan. Puisi manis ini berisi tentang hal-hal menyenangkan yang dirasakan oleh penulis puisi selama ia berkompasiana. Mendapat teman, saling berkenalan, berbagi cerita dan karya. Semoga apa yang dituliskan oleh Tasch Taufan mewakili suara banyak Kompasianer yang mendulang dan berbagi ilmu di Kompasiana.

Sekian ulasan tentang 14 Puisi popular selama 2014. Terimakasih dan sampai jumpa di ulasan 14 artikel popular lainnya! Salam hangat. [ELA]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun