[caption id="attachment_387736" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi/Kompasiana. (Shutterstock)"]
Perselingkuhan memang aib rumah tangga. Namun bagaimana jadinya kalau seorang istri menuntut cerai kepada suaminya agar bisa menikah dengan selingkuhannya sementara suaminya wajib menyaksikannya? Kisah tersebut bukanlah rekaan, tapi benar terjadi di daerah Jawa Barat. Dan kisah ini ditulis secara kronologis oleh Kompasianer Adjat R. Sudradjat. Ketidakmampuan si suami untuk memuaskan kebutuhan batin si istri menjadi alasan si istri untuk berselingkuh dengan laki-laki yang istrinya sedang menjadi TKW di Saudi Arabia. Padahal, antara si suami dan selingkuhan si istri masih memiliki hubungan saudara. Artikel dengan judul yang menarik perhatian ini pun diklik sebanyak lebih dari 9.839 kali.
12. Belajar Politik pada Angel Lelga
[caption id="attachment_387725" align="aligncenter" width="452" caption="Angel Lelga sebagai calon anggota dewan (foto: tribunnews.com)"]
Menjelang Pileg dan Pilpres 2014, acara Mata Najwa menjadi sorotan masyarakat karena dalam acara tersebut diwawancarai tokoh-tokoh penting, termasuk calon anggota legislatif, salah satunya adalah Angel Lelga. Sayangnya, bukannya tampil secara meyakinkan sebagai caleg yang layak dipilih, Angel Lelga justru terlihat gugup dan beberapa kali terdiam seperti tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan-pertanyaan Najwa Shihab. Dengan cepat, masyarakat mem-bully Angel Lelga lewat media sosial. Ia seolah-olah bahan lelucon, olok-olok.Kompasianer   Yusran Darmawan mengkritisi pengolok-olokan Angel Lelga sebagai hal yang tak pantas. Justru dari Angel Lelga lah kita bisa melihat seperti apa gedung parlemen itu beserta politik yang dipraktikkan di dalamnya.
13. Only for Bule! (WNI Dilarang Baca Ini!)
[caption id="attachment_387862" align="aligncenter" width="448" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"]
WNI didiskriminasikan di negerinya sendiri? Duh, ternyata kenyataan itu memang benar. WNI dinomorduakan dibandingkan bule. Hal itu terjadi di beberapa klub dan tempat hiburan di Bali. Di sana, orang-orang bule diperbolehkan masuk dengan mudahnya, sementara orang Indonesia justru dipersulit. Dan yang melaporkan diskriminasi itu bule juga pula. Adalah Kompasianer Cdt888 yang mengaku bule menuliskannya di Kompasiana. Menurut si bule ini, fakta itu sangat mengherankan dan bisa jadi itu karena mental terjajah yang tersisa dari penjajahan di masa lalu. Artikel si bule ini pun dilirik sebanyak lebih dari 8.350 kali.
14. Bedanya Taksi Pelacur di Jepang dan Indonesia
[caption id="attachment_387742" align="aligncenter" width="446" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"]
Bisnis pelacuran adalah bisnis yang akan selalu ada sepanjang masa. Barangkali itulah pendapat sebagian besar orang karena pada kenyataannya, pelacuran memang sulit dihilangkan. Justru dari tahun ke tahun, bisnis pelacuran semakin inovatif dan kreatif, seperti yang terjadi di Jepang. Di Jepang telah ada pelacuran yang dilakukan di dalam taksi. Selain membayar jasa si pelacur, "si penumpang" pun membayar sesuai argo taksi. Di Indonesia, walaupun belum ditemukan yang semacam itu, bisnis pelacuran meluaskan jaringannya lewat sopir taksi. Bisa jadi, taksi yang Anda naiki, sopir taksinya memiliki link dengan bisnis pelacuran tertentu. Dua macam pelacuran tersebut diketahui secara langsung di lapangan oleh Kompasianer Sutrisno Budiharto dan artikelnya ini dibuka sebanyak lebih dari 8.054 kali.
Itulah ke-14 artikel Humaniora terpopuler. Adakah salah satunya adalah artikel Anda? Yuk lebih semangat menulis! Siapa tahu artikel Anda akan nangkring di 15 artikel terpopuler 2015. Salam! (NUR)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H